ARTIKEL HUKUM
Bila Anda merasa memiliki hak untuk hidup tanpa diganggu, maka orang lain pun memiliki hak yang sama untuk hidup, bukan hanya Anda. Adalah asumsi yang arogan, berpikir bahwa hanya seseorang yang harkat dan martabatnya yang lebih berharga daripada individu lainnya. Ibarat seorang perampok, pencuri, penipu, pemeras, penyerobot, mereka merasa berhak untuk mengisi perut mereka dengan makanan untuk menghindari ketakutakan dari kelaparan, hanya saja caranya ialah dengan mengambil makanan dari piring milik orang lain.
Itukah yang disebut dengan “hak”, ataukah “hak yang semu”? Bahkan tidak jarang, mereka melakukannya demi dapat hidup dengan pola hidup mereka yang hedonis—demi bersenang-senang, bukan sekadar untuk mengisi perut. Lapar, bukan menjadi alasan pembenaran diri untuk mengambil makanan milik orang lain, seolah-olah orang lain tidak dapat merasakan rasa lapar serupa. Namun berapa banyak diantara kita, yang mau menyadari isi perasaan dan harapan orang lain, selain terpaku pada pemuasan egosentris diri kita sendiri?