Stay Fair in the midst of World Injustice. Tetap Bersikap Adil ditengah-tengah Ketidakadilan Dunia

Hery Shietra, Stay Fair in the midst of World Injustice. Tetap Bersikap Adil ditengah-tengah Ketidakadilan Dunia

This world does not always run as ideally as we dream and desire.

On one occasion,

We may get justice,

But not for all situations and all conditions.

Justice is indeed a rare thing in this world,

Equally rare are honest and responsible people.

Even some people seek and fight for justice all their lives,

Without a guarantee will produce sweet results.

Justice can be so steep,

So expensive,

And so winding, the road that we must go and pass.

Even most of them never get justice,

Even if it's just their rights.

Good and righteous people,

Not always win in this life.

This is real life,

series of realities,

Unlike the fairy tale world where good characters always succeed, win, and survive,

We call it a utopia.

That is why,

Various fictional stories or stories,

Where is told to a good character ending in a "happy ending" condition,

It is never empty of the audience.

Therefore various fictional stories are continuously produced and reproduced by various entertainment industries.

However,

A fictional story that is too good to be true,

Instead, it seems irrational as well as irrelevant to the real world in which we live our daily lives.

The biggest question is,

How many of us really feel or experience this “happy ending”?

If life is always fair,

Ideal,

Beautiful,

and happy,

So "HEY, LOOK, SOMETHING IS WRONG WITH ME AND MY LIFE!"

But is it true,

Or have we been deceived by the delusion of the mirage of life, which is full of polish and imagery in the style of advertising?

There was even a novel that was made into the big screen,

Titled “The Series of Unfortunate Events”,

A title that illustrates a true summary of the phenomena of life,

A series of unpredictable or series of unexpected events,

Where most of them may never be expected and we do not want.

A fact,

It could be so bitter,

Therefore many human beings who then drown in the consumption of intoxicating goods,

Which weakens their consciousness,

And choose to live in the illusion they build themselves about their world.

But that's honesty,

That "truth always bitter",

Like it or not.

Recognizing this fact,

We start to need to reverse our paradigm of thinking,

In the context of "survival of the fittest",

That when we feel the pain of life,

So we need to celebrate it while shouting loudly,

“HEY, SOMETHING WAS RIGHT WITH ME AND MY LIFE!”

Nevertheless,

It's not that we need to torture ourselves by throwing ourselves into the abyss of suffering for the rest of our lives.

If we really value our existence and our life,

So the options we can choose are,

HAPPY LIVING.

When there is no other option for us to choose in coloring our lives,

So we need to remember to always choose a HAPPY LIVING.

Some mention,

Just self-deception alias self-delusion,

That all this is a trial from God,

As if the age of mankind is not as old as the age of this Planet Earth,

As if God is a "Dementia Professor" who does not want to learn from previous experiences,

Where many humans have failed to pass through a series of trials,

Some of them were even thrown into giant trash cans,

named hell,

A monument about God's failure as well as a way for God to wash his hands.

Even though,

Einstein once said,

"Hey, that's INSANE, doing the same thing over and over, but expecting different results!"

look,

Even God prefers to privilege a sinner,

By taking away the sins of those sinners,

Simply because they are diligent in worshiping and singing praises to God,

Instead of taking sides and providing justice for the victims of these sinners.

This world is cruel,

Where human being can be more cruel,

Yet God proved to be more cruel than anyone.

Justice is a special thing,

Rarer than gold or gems that we can easily find in traditional markets.

Of course we have been or are often treated badly and inappropriately by other humans,

Whether it's injured,

harmed,

Or being hurt.

But the biggest question is,

How many of them

Who wants to be held accountable for their evil deeds to their victims?

They even looked and believed,

As a result of being consumed by a corrupt ideology called the abolition of sins,

Being responsible is the same as losing,

And running away from responsibility is the same as luck or profit itself.

This world has never been short of humans who are unjust and not chivalrous.

Whatever that is,

We still need to be fair,

At least to ourselves.

Be a unique human

With a life full of chivalry,

Where justice becomes the "God",

Humans that are different from other humans,

Even if it means walking the opposite path to the mainstream,

Keep being fair in the midst of the sea of people and the injustice of the world.

We can still go on living

Even if we don't get the justice to which we are entitled,

That is what is called "POSITIVE THINKING".

© HERY SHIETRA Copyright.

 

Dunia ini tidak selalu berjalan secara ideal sebagaimana kita impikan dan dambakan.

Pada suatu kesempatan,

Kita mungkin mendapatkan keadilan,

Namun tidak untuk semua situasi dan segala kondisi.

Keadilan adalah sungguh hal yang langka di dunia ini,

Sama langkanya dengan orang-orang yang jujur dan bertanggung-jawab.

Bahkan sebagian orang mencari-cari dan memperjuangkan keadilan sepanjang hidupnya,

Tanpa jaminan akan membuahkan hasil manis.

Keadilan bisa begitu terjal,

Begitu mahal harganya,

Serta begitu berliku jalan yang harus kita tempuh dan lalui.

Bahkan sebagian besar dari mereka tidak pernah mendapatkan keadilan,

Sekalipun apa yang sekadar menjadi hak-hak mereka.

Orang-orang baik dan benar,

Tidak selalu menang dalam kehidupan ini.

Inilah kehidupan nyata,

Serangkaian realita,

Tidak menyerupai dunia dongeng dimana tokoh yang baik selalu berhasil, menang, dan selamat,

Kita menyebutnya sebagai sebuah utopia.

Itulah sebabnya,

Berbagai kisah atau cerita-cerita fiktif,

Dimana dikisahkan pada tokoh baiknya berakhir pada kondisi “happy ending”,

Tidak pernah sepi dari penontonnya.

Karenanya berbagai kisah fiktif terus diproduksi dan direproduksi oleh berbagai industri hiburan.

Akan tetapi,

Sebuah kisah fiktif yang terlampau “too good to be true”,

Justru menjadi tampak tidak rasional disamping tidak relevan pada dunia kenyataan tempat kita sehari-hari melangsungkan kehidupan.

Pertanyaan terbesarnya ialah,

Berapa banyak diantara kita yang benar-benar merasakan atau mendapati “happy ending” tersebut?

Bila memang hidup ini selalu berjalan secara adil,

Ideal,

Indah,

Dan membahagiakan,

Maka “HEI, LIHATLAH, ADA YANG SALAH DENGAN DIRIKU DAN HIDUPKU INI!

Namun benarkah demikian,

Ataukah kita yang telah dikecoh oleh delusi fatamorgana kehidupan, yang penuh polesan dan pencitraan ala iklan pariwara?

Bahkan terdapat sebuah novel yang diangkat ke dalam layar lebar,

Berjudul “The Series of Unfortunate Events”,

Suatu judul yang mengilustrasikan rangkuman fenomena kehidupan yang sejati,

Serangkaian atau serentetan peristiwa-peristiwa tidak terduga,

Dimana sebagian besar diantaranya bisa jadi tidak pernah kita harapkan dan tidak kita kehendaki.

Sebuah kenyataan,

Bisa jadi demikian pahit adanya,

Karenanya banyak umat manusia yang kemudian tenggelam dalam konsumsi barang memabukkan,

Yang melemahkan kesadaran mereka,

Dan memilih untuk hidup dalam ilusi yang mereka bangun sendiri tentang dunia mereka ini.

Akan tetapi itulah kejujuran,

Bahwa “truht always bitter”,

Suka ataupun tidak suka.

Menyadari fakta demikian,

Kita mulai perlu membalik paradigma berpikir kita,

Dalam rangka “survival of the fittest”,

Bahwasannya ketika kita merasakan derita kehidupan,

Maka kita perlu merayakannya sembari berseru keras,

“HEI, ADA YANG SUDAH BENAR DENGAN DIRI DAN KEHIDUPAN SAYA INI!”

Meski demikian,

Bukan artinya kita perlu menyiksa diri kita dengan mencampakkan diri ke dalam kubangan derita untuk sepanjang hidup kita.

Bila kita benar-benar menghargai eksistensi diri dan hidup kita,

Maka pilihan yang dapat kita pilih ialah,

HIDUP BERBAHAGIA.

Ketika tidak ada opsi lain untuk dapat kita pilih dalam mewarnai hidup kita,

Maka kita perlu ingat untuk selalu memilih HIDUP BERBAHAGIA.

Ada yang menyebutkan,

Sekadar menipu diri alias berdelusi diri ria,

Bahwa semua ini adalah cobaan dari Tuhan,

Seolah-olah umur umat manusia belum sama tuanya dengan usia Planet Bumi ini,

Seolah-olah Tuhan adalah “Profesor Ling-Lung” yang tidak mau belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya,

Dimana banyak manusia yang telah ternyata gagal melewati serangkaian cobaan tersebut,

Bahkan sebagian diantaranya dicampakkan ke dalam tong sampah raksasa,

Bernama neraka,

Monumen kegagalan Tuhan sekaligus cara bagi Tuhan untuk mencuci tangannya.

Sekalipun,

Einstein telah pernah berkata,

“Hei, itu adalah SINTING, melakukan hal yang sama secara berulang-ulang, namun mengharapkan hasil yang berbeda!”

Lihatlah,

Bahkan Tuhan lebih memilih untuk mengistimewakan seorang pendosa,

Dengan menghapus dosa-dosa para pendosa tersebut,

Semata karena rajin menyembah dan melantunkan puja-puji kepada sang Tuhan,

Alih-alih lebih berpihak dan memberikan keadilan bagi korban-korban para pendosa tersebut.

Dunia ini kejam,

Dimana manusia dapat lebih kejam lagi,

Namun demikian Tuhan terbukti dapat lebih kejam daripada siapapun.

Keadilan sungguh hal yang istimewa,

Lebih langka daripada logam mulia yang dapat dengan mudah kita jumpai di pasar-pasar tradisional.

Tentu kita pernah atau bahkan sering diperlakukan jahat dan tidak patut oleh para manusia lainnya,

Entah itu dilukai,

Dirugikan,

Ataupun disakiti.

Namun pertanyaan terbesarnya ialah,

Berapa banyak diantara mereka,

Yang mau bertanggung-jawab atas perbuatan-perbuatan jahat mereka terhadap korbannya?

Mereka bahkan memandang dan meyakini,

Akibat termakan ideologi korup bernama penghapusan dosa,

Bertanggung jawab sama artinya merugi,

Dan lari dari tanggung jawab sama artinya beruntung alias kuntungan itu sendiri.

Dunia ini tidak pernah kekurangan manusia-manusia yang bersikap tidak adil dan tidak berjiwa ksatria.

Apapun itu,

Kita tetap perlu bersikap adil,

Setidaknya terhadap diri kita sendiri.

Menjadi manusia yang unik,

Dengan hidup penuh jiwa ksatria,

Dimana keadilan menjadi “Tuhan”-nya,

Manusia yang lain daripada manusia lainnya,

Sekalipun itu artinya berjalan di jalan yang berlawanan dengan jalan arus mainstream,

Tetap bersikap adil ditengah-tengah lautan manusia dan ketidakadilan dunia.

Kita tetap dapat melanjutkan hidup,

Sekalipun tidak mendapatkan keadilan yang menjadi hak-hak kita,

Itulah yang disebut sebagai “POSITIVE THINKING”.

© Hak Cipta HERY SHIETRA.