Prayers that Praise at the Same Time Insult God. Doa yang Memuji Sekaligus Menghina Tuhan

HERY SHIETRA, Prayers that Praise at the Same Time Insult God. Doa yang Memuji Sekaligus Menghina Tuhan

 When praying and asking God,

Can be a powerful way, to avoid and overcome problems and calamities such as natural disasters,

So why until now, various natural disasters and human tragedies that are full of screams, suffering, deadly diseases, injustice, and tears are still frequent?

A long time ago,

Before the major religions of the world were known to mankind,

Human being is aware of various natural disasters, disease, and human tragedies.

Because of this, various religions were introduced by those who claimed to be prophets,

Trying to sell "too good to be true" fantasy-filled "hope",

That by embracing a certain religion brought by the prophet,

In the name of God, even though in truth God never needed a prophet to bring messages from God Almighty to communicate with mankind,

It was as if the tongue of God was monopolized by someone named the prophet who became Mr. Postman,

Simply because the religion "God" was first born when the human world still only knew postal letters sent to the post office,

Then mankind will be free from life's sufferings by becoming followers and embracing such beliefs,

With a price that must be paid, in the form of religious ritual practices to worship God,

It was as if God was so mad to be worshiped and praised,

So that it is as if it is God who needs (acknowledgment and worship) from mankind,

Not the other way around.

In fact,

Even though today mankind has recognized many religions and beliefs that are claimed to come from God,

Even though through other human messengers who are named prophets,

As if God is still less sophisticated and less powerful than the technology known to modern man,

Humans still suffer as a result of natural disasters, disease, and human tragedies that are full of disappointment, injustice, fear, and dissatisfaction.

If the condition turns out to be still the same as the era where mankind, our predecessors did not know the religions of God,

Together and still overwhelmed by suffering,

Keep busy due to natural disasters and disease,

Haunted by fear and tragedy of humanity,

So can we justify making conclusions blindly from reality,

That the condition of human life after knowing the religions of "God", is better than that of our ancestors.

The religion "God" makes the claim,

That the religion "God" can overcome suffering and stop the calamities that have been given by God who is showing off his power in oppressing mankind,

Therefore mankind must be willing to become "slaves" of the religion "God",

So that God will be merciful to mankind,

A poor creature because it is so weak that it can only submit submissively to God who resembles an authoritarian dictator.

In fact,

Until now there has been neither the most primitive suffering, the most primitive natural disaster, nor the most primitive human tragedy.

What these "God" religions have succeeded in eliminating.

Just as when God sent dozens of messengers to the world,

Since mankind was created on earth,

With one mission,

Namely to eradicate the forbidden act called sin,

Nonetheless,

In fact,

Until now there is no single most primitive forbidden act such as stealing, cheating, having an affair, killing, persecuting, or other most primitive crimes.

Which was successfully erased by the prophets from the face of this earth.

That's why,

Become some kind of joke,

When to overcome an epidemic caused by a deadly contagious virus,

As an example,

Humanity conducts a marathon of prayer parades of various religions,

With the hope of being an effective way to make God feel good,

So that God stops the abuse of his power against mankind who is treated like a toy or resembling other inanimate objects.

Unfortunately,

And at the same time as the bad news,

Prayers by various religious communities are wrong in determining the target.

The true prayer is not a prayer that begs like a beggar,

Nor is it like someone who wants to please a tyrannical and arbitrary king,

Who will be angry when not worshiped and will only be happy when praised.

The correct prayer is the following wording formula,

Namely a form of contemplation,

Not a request or a plea,

That we are neither resistant nor immune from sin,

That we are neither resistant nor immune from karma,

That we are neither resistant nor immune from the plague,

That we are neither resistant nor immune from disease,

That we are neither resistant nor immune from death,

That we were born of our own deeds,

That we inherit our own deeds,

That we are related to our own actions.

That's why,

Become a humanist, civilized, and full of responsibility,

That is more than enough, as a concrete way of being and to glorify God.

© HERY SHIETRA Copyright.

 

Bila berdoa dan memohon kepada Tuhan,

Dapat menjadi cara sakti, untuk menghindari dan mengatasi masalah maupun musibah seperti bencana alam,

Maka mengapa hingga saat kini, masih juga sering terjadi berbagai bencana alam hingga tragedi kemanusiaan yang penuh jeritan, derita, penyakit mematikan, ketidak-adilan, dan air mata?

Dahulu kala,

Sebelum berbagai agama besar di dunia ini dikenal umat manusia,

Umat manusia mengenal berbagai bencana alam, musibah penyakit, serta tragedi kemanusiaan,

Karenanya mulai bermunculan berbagai agama yang diperkenalkan oleh mereka yang mengaku sebagai seorang nabi,

Mencoba menjual “harapan” penuh fantasi yang “too good to be true”,

Bahwa dengan memeluk agama tertentu yang dibawa oleh sang nabi,

Dengan mengatasnamakan Tuhan, meski sejatinya Tuhan tidak pernah membutuhkan seorang nabi untuk membawakan pesan-pesan dari Tuhan yang Maha Kuasa untuk berkomunikasi dengan umat manusia,

Seolah lidah dari Tuhan dimonopoli oleh seseorang bernama nabi yang menjadi Mr. Postman,

Semata karena agama “Tuhan” pertama kali dilahirkan ketika dunia manusia masih hanya mengenal surat pos yang dikirimkan ke kantor pos,

Maka umat manusia akan terbebas dari derita kehidupan dengan cara menjadi umat dan memeluk keyakinan demikian,

Dengan harga yang harus dibayarkan berupa praktik ritual keagamaan untuk menyembah Tuhan,

Seolah-olah Tuhan demikian tergila-gila untuk disembah dan dipuji,

Sehingga seolah-olah adalah Tuhan yang membutuhkan (pengakuan dan sembah-sujud) dari umat manusia,

Bukan sebaliknya.

Faktanya,

Sekalipun kini umat manusia telah mengenal banyak agama dan keyakinan yang diklaim berasal dari Tuhan,

Sekalipun melalui utusan manusia lainnya yang diberi nama nabi,

Seolah Tuhan masih kalah canggih dan kalah berkuasa dengan teknologi yang dikenal manusia modern,

Tetap saja umat manusia mengalami penderitaan akibat bencana alam, penyakit, dan tragedi kemanusiaan yang penuh kekecewaan, ketidak-adilan, ketakutan, serta ketidakpuasan.

Jika kondisinya ternyata ialah masih sama seperti era dimana umat manusia para pendahulu kita belum mengenal agama-agama mengenai Tuhan,

Sama-sama dan tetap diliputi oleh penderitaan,

Dibuat sibuk akibat bencana alam dan penyakit,

Dihantui ketakutan oleh berbagai musibah dan tragedi kemanusiaan,

Maka apakah kita dapat dibenarkan untuk membuat kesimpulan secara menutup mata dari realita,

Bahwa kondisi hidup umat manusia setelah mengenal agama-agama “Tuhan”, adalah lebih baik daripada para nenek moyang kita.

Agama “Tuhan” membuat klaim,

Bahwa agama “Tuhan” dapat mengatasi penderitaan dan menghentikan bencana yang selama ini diberikan oleh Tuhan yang sedang memamerkan kekuasaannya dalam menindas umat manusia,

Karenanya umat manusia harus bersedia menjadi “budak” dari agama “Tuhan”,

Agar Tuhan bermurah hati kepada umat manusia,

Makhluk yang malang karena demikian lemah, sehingga hanya dapat tunduk secara pasrah kepada Tuhan yang menyerupai diktator yang otoriter.

Faktanya,

Sampai kini tiada satupun penderitaan paling primitif, bencana alam paling primitif, maupun tragedi kemanusiaan paling primitif,

Yang berhasil dihapuskan oleh agama-agama “Tuhan” tersebut.

Sama seperti ketika Tuhan menurunkan ke dunia puluhan orang nabi utusan,

Sejak umat manusia diciptakan ke muka bumi,

Dengan satu misi,

Yakni untuk memberantas perbuatan terlarang yang disebut dosa,

Tetap saja,

Faktanya,

Hingga kini tiada satupun perbuatan terlarang paling primitif seperti mencuri, menipu, berselingkuh, membunuh, menganiaya, ataupun kejahatan paling primitif lainnya,

Yang berhasil dihapus oleh para nabi tersebut dari muka bumi ini.

Karena itulah,

Menjadi semacam sebuah lelucon,

Ketika untuk mengatasi sebuah wabah yang diakibatkan virus menular mematikan,

Sebagai contoh,

Umat manusia melakukan parade doa berbagai agama secara marathon,

Dengan harapan dapat menjadi cara sakti untuk membuat Tuhan merasa senang,

Sehingga Tuhan menghentikan penyalah-gunaan kekuasaannya terhadap umat manusia yang diperlakukan seperti sebuah mainan maupun menyerupai benda mati lainnya.

Sayangnya,

Dan sekaligus sebagai kabar buruknya,

Doa oleh berbagai umat beragama tersebut adalah salah dalam menentukan target.

Doa yang benar bukanlah doa yang memohon-mohon seperti seorang pengemis,

Bukan pula seperti seseorang yang hendak menyenangkan seorang raja yang tiran dan sewenang-wenang,

Yang akan murka bila tidak disembah dan hanya akan senang ketika dipuji.

Doa yang benar ialah dengan rumusan perkataan sebagai berikut,

Yakni sebentuk perenungan,

Bukan permintaan ataupun permohonan,

Bahwa kita tidaklah kebal ataupun imun dari dosa,

Bahwa kita tidaklah kebal ataupun imun dari karma,

Bahwa kita tidaklah kebal ataupun imun dari wabah,

Bahwa kita tidaklah kebal ataupun imun dari penyakit,

Bahwa kita tidaklah kebal ataupun imun dari kematian,

Bahwa kita terlahir dari perbuatan kita sendiri,

Bahwa kita mewarisi perbuatan kita sendiri,

Bahwa kita berhubungan dengan perbuatan kita sendiri.

Karena itulah,

Menjadi seorang umat manusia yang humanis, beradab, serta penuh tanggung-jawab,

Sudah lebih dari cukup, sebagai cara konkret sedang dan untuk memuliakan Tuhan.

© Hak Cipta HERY SHIETRA.