KONSULTAN, TRAINER, ANALIS, PENULIS ILMU PENGETAHUAN ILMIAH HUKUM RESMI

Konsultasi Hukum Pidana, Perdata, Bisnis, dan Korporasi. Prediktif, Efektif, serta Aplikatif. Syarat dan Ketentuan Layanan Berlaku

Sebuah RAHASIA KESUKSESAN yang telah TERUJI KEBENARANNYA, namun Tidak Pernah Diajarkan oleh Sekolah maupun Perguruan Tinggi Bisnis Terkemuka Sekalipun

Sekolah Bisnis Terkemuka Sekalipun Tidak Pernah Benar-Benar Mengajarkan Anda RAHASIA DIBALIK KESUKSESAN

Question: Bila memang ikut seminar motivasi atau seminar bisnis, menjamin kesuksesan para pesertanya, maka mengapa sang motivator atau trainer bisnis ini tidak dijadikan menteri perdagangan saja? Mengapa masih terjadi krisis ekonomi sekalipun di masing-masing negara tidak pernah kekurangan para motivator maupun para trainer bisnis?

Brief Answer: Itu karena mereka sejatinya tidak mengajarkan rahasia dibalik kesuksesan. Ibarat Anda memiliki ladang yang subur, namun tidak pernah menanam benih pohon-pohon atau tumbuhan yang produktif, maka yang kemudian akan tumbuh ialah semak-belukar dan ilalang. Ladang yang produktif, merupakan perpaduan antara ladang yang subur dan benih apa yang Anda pilih untuk Anda taburkan. Karena itulah, jangan pernah menyakiti orang baik, dan bersikaplah penuh welas-asih kepada orang-orang baik.

Hindari perbuatan buruk yang dapat dicela oleh para bijaksanawan, perbanyak perbuatan bajik, murnikan pikiran, itulah ibadah dalam Buddhisme—yakni “ritual” keseharian berupa senantiasa menghindari perbuatan buruk, berbuat baik, dan memurnikan pikiran. Lebih jauh, Sang Buddha mengajarkan : Seorang yang cerdas adalah seorang penyumbang kebahagiaan dan sebagai balasannya ia memperoleh kebahagiaan. Artinya, orang dungu, justru merampas kebahagiaan orang lain dan sebagai balasannya ia justru kehilangan kebahagiaan. Itulah, perbedaan paling substansial antara cara hidup, gaya hidup, maupun cara berpikir “orang cerdas Vs. orang dungu”.

PEMBAHASAN:

Ingin menuai kesuksesan dan kebahagiaan hidup, namun dengan cara merampas hak-hak maupun kebahagiaan orang lain, itulah yang disebut “kerja bodoh” alias cara-cara orang dungu. Orang cerdas, memakai cara cerdas serta “kerja cerdas”, yakni : menanam benih-benih unggul pilihan di ladang yang subur. Untuk memudahkan pemahaman, untuk itu kita dapat langsung merujuk khotbah Sang Buddha dalam “Aguttara Nikāya : Khotbah-Khotbah Numerikal Sang Buddha, JILID III”, Judul Asli : “The Numerical Discourses of the Buddha”, diterjemahkan dari Bahasa Pāi oleh Bhikkhu Bodhi, Wisdom Publications 2012, terjemahan Bahasa Indonesia tahun 2015 oleh DhammaCitta Press, Penerjemah Edi Wijaya dan Indra Anggara, dengan kutipan:

34 (4) Sīha

Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Vesālī di aula beratap lancip di Hutan Besar. Kemudian Jenderal Sīha mendatangi [39] Sang Bhagavā, bersujud kepadanya, duduk di satu sisi, dan berkata:

“Mungkinkah, Bhante, menunjukkan buah dari memberi yang terlihat secara langsung?”

[Sandiṭṭhika dānaphala. Sebuah manfaat yang dapat dialami dalam kehidupan ini.]

“Mungkin saja, Sīha,” Sang Bhagavā berkata.

(1) “Seorang penyumbang, Sīha, seorang pemberi yang dermawan, disukai dan disenangi banyak orang. Ini adalah buah dari memberi yang terlihat secara langsung.

(2) “Kemudian, orang-orang baik mendatangi seorang penyumbang, seorang pemberi yang dermawan. Ini juga, adalah buah dari memberi yang terlihat secara langsung.

(3) “Kemudian, seorang penyumbang, seorang pemberi yang dermawan, memperoleh reputasi baik. Ini juga, adalah buah dari memberi yang terlihat secara langsung.

(4) “Kemudian, kumpulan apa pun yang didatangi oleh seorang penyumbang, seorang pemberi yang dermawan – apakah para khattiya, brahmana, perumah tangga, atau petapa – ia mendatanginya dengan percaya-diri dan tenang. Ini juga, adalah buah dari memberi yang terlihat secara langsung.

[Visārado upasakamati amakubhūto. Kitab Komentar menjelaskan “dengan yakin” (visārado) sebagai berpengetahuan atau gembira (ñāasomanassappatto) dan “tenang” (amakubhūto) sebagai tidak segan (na nittejabhūto).]

(5) “Kemudian, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, seorang penyumbang, seorang pemberi yang dermawan, terlahir kembali di alam tujuan yang baik, di alam surga. Ini adalah buah dari memberi yang berhubungan dengan kehidupan-kehidupan di masa depan.”

[Samparāyika dānaphala. Kitab Komentar : Dengan manfaat ke lima ini, Sang Buddha telah melampaui pertanyaan awal Sīha dan menjelaskan, bukan buah dari memberi yang terlihat secara langsung, melainkan buah yang berhubungan dengan kehidupan mendatang.]

Ketika hal ini dikatakan, Jenderal Sīha berkata kepada Sang Bhagavā: “Bhante, aku tidak mempercayai Sang Bhagavā karena keyakinan sehubungan dengan empat buah dari memberi yang terlihat secara langsung ini. Aku mengetahuinya juga. Karena aku adalah seorang penyumbang, seorang pemberi yang dermawan, dan disukai dan disenangi banyak orang. Aku adalah seorang penyumbang, seorang pemberi yang dermawan, dan banyak orang baik mendatangiku. Aku adalah seorang penyumbang, seorang pemberi yang dermawan, dan aku memperoleh reputasi baik sebagai seorang penyumbang, sponsor, dan penyokong Sagha. Aku [40] adalah seorang penyumbang, seorang pemberi yang dermawan, dan kumpulan apa pun yang kudatangi – apakah para khattiya, brahmana, perumah tangga, atau petapa – aku mendatanginya dengan percaya-diri dan tenang. Aku tidak mempercayai Sang Bhagavā karena keyakinan sehubungan dengan empat buah dari memberi yang terlihat secara langsung ini. Aku mengetahuinya juga. Tetapi ketika Sang Bhagavā memberitahukan kepadaku: ‘Sīha, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, seorang penyumbang, seorang pemberi yang dermawan, terlahir kembali di alam tujuan yang baik, di alam surga,’ aku tidak mengetahui hal ini, dan di sini aku menuruti Sang Bhagavā karena keyakinan.”

“Demikianlah, Sīha, demikianlah! Dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, seorang penyumbang, seorang pemberi yang dermawan, terlahir kembali di alam tujuan yang baik, di alam surga.”

Dengan memberi, ia menjadi disukai dan banyak orang mendatanginya. Ia memperoleh reputasi baik dan kemasyhurannya meningkat. Orang yang dermawan tenang dan dengan percaya-diri memasuki kumpulan orang-orang.

Oleh karena itu, untuk mencari kebahagiaan, orang-orang bijaksana memberikan pemberian, setelah menyingkirkan noda kekikiran. Ketika mereka menempati tiga surga, untuk waktu yang lama mereka bergembira di tengah-tengah para deva.

Setelah mengambil kesempatan melakukan perbuatan-perbuatan bermanfaat, meninggal dunia dari sini, dengan bercahaya, mereka berkeliling di Nandana, mereka bergembira, berbahagia, dan bersenang-senang, dilengkapi dengan kelima objek kenikmatan indria. Setelah memenuhi kata-kata Yang Stabil yang tidak melekat, para siswa Yang Sempurna Menempuh Sang Jalan bergembira di alam surga. [41]

[Kitab Komentar : Nandana ialah Taman Rekreasi di surga Tāvatimsa.]

~0~

35 (5) Manfaat Memberi

“Para bhikkhu, ada lima manfaat memberi ini. Apakah lima ini?

(1) Seseorang disukai dan disenangi oleh banyak orang.

(2) Orang-orang baik mendatanginya.

(3) Ia memperoleh reputasi baik.

(4) Ia tidak kurang dalam tugas-tugas umat awam.

(5) Dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali di alam tujuan yang baik, di alam surga.

Ini adalah kelima manfaat memberi itu.”

Dengan memberi, seseorang menjadi disayangi, ia mengikuti tugas kebaikan; para bhikkhu yang baik dan terkendali selalu mendatanginya. Mereka mengajarkan Dhamma kepadanya yang menghalau segala penderitaan, yang setelah memahaminya seorang yang tanpa noda di sini mencapai nibbāna.

~0~

36 (6) Tepat pada Waktunya

“Para bhikkhu, ada lima pemberian yang tepat pada waktunya ini. Apakah lima ini?

(1) Seseorang memberikan pemberian kepada seorang tamu.

(2) Seseorang memberikan pemberian kepada seseorang yang melakukan perjalanan.

(3) Seseorang memberikan pemberian kepada pasien.

(4) Seseorang memberikan pemberian pada masa bencana kelaparan.

(5) Seseorang mempersembahkan panen dan buah pertama kepada para mulia. Ini adalah kelima pemberian yang tepat pada waktunya itu.”

Pada waktu yang tepat, mereka yang bijaksana, orang-orang yang dermawan dan murah hati memberikan pemberian yang tepat waktu kepada para mulia, yang stabil dan lurus; yang diberikan dengan pikiran yang jernih, persembahannya adalah sangat luas. Mereka yang bergembira dalam perbuatan-perbuatan demikian atau yang memberikan pelayanan [lain] tidak melewatkan persembahan; mereka juga mendapat bagian jasa. Oleh karena itu, dengan pikiran tidak mundur, seseorang harus memberikan pemberian yang menghasilkan buah besar. Jasa adalah penyokong makhluk-makhluk hidup [ketika mereka muncul] di alam lain. [42]

~0~

37 (7) Makanan

“Para bhikkhu, seorang penyumbang yang memberikan makanan memberikan lima hal kepada penerimanya. Apakah lima ini? Ia memberikan kehidupan, kecantikan, kebahagiaan, kekuatan, dan kearifan.

(1) Setelah memberikan kehidupan, seseorang memperoleh kehidupan, apakah surgawi atau manusiawi.

(2) Setelah memberikan kecantikan, seseorang memperoleh kecantikan, apakah surgawi atau manusiawi.

(3) Setelah memberikan kebahagiaan, seseorang memperoleh kebahagiaan, apakah surgawi atau manusiawi.

(4) Setelah memberikan kekuatan, seseorang memperoleh kekuatan, apakah surgawi atau manusiawi.

(5) Setelah memberikan kearifan, seseorang memperoleh kearifan, apakah surgawi atau manusiawi.

Seorang penyumbang yang memberikan makanan memberikan kelima hal ini kepada penerimanya.”

Seorang bijaksana adalah seorang pemberi kehidupan, kekuatan, kecantikan, dan kearifan. Seorang yang cerdas adalah seorang penyumbang kebahagiaan dan sebagai balasannya ia memperoleh kebahagiaan. Setelah memberi kehidupan, kekuatan, kecantikan, kebahagiaan, dan kearifan, seseorang berumur panjang dan termasyhur di mana pun ia terlahir kembali.

~0~

38 (8) Keyakinan

“Para bhikkhu, lima manfaat ini mendatangi seorang anggota keluarga yang memiliki keyakinan. Apakah lima ini?

(1) Ketika orang-orang baik di dunia menunjukkan belas kasihan, mereka pertama-tama menunjukkan belas kasihan pada orang yang berkeyakinan, bukan pada orang yang tanpa keyakinan.

[Kitab Komentar : Mereka “menunjukkan belas kasihan” (anukampeyyu) kepada mereka dengan memberikan kepada mereka suatu kesempatan untuk memberi dana makanan dan dengan itu memperoleh jasa. Dengan demikian bukan berarti umat-umat awam yang menunjukkan belas kasihan kepada kaum monastik dengan memberikan dana makanan kepada mereka (walaupun hal ini juga benar), melainkan kaum monastik yang menunjukkan belas kasihan kepada umat-umat awam dengan mendatangi rumah mereka untuk menerima persembahan mereka.

[Dengan memberi dana umat-umat awam menciptakan benih untuk kelahiran kembali yang berbahagia dan pencapaian nibbāna. Itulah sebabnya,dengan  menjadi orang suci, sebelum kemudian memberikan kesempatan bagi orang lain untuk berdana kepada sang suciwan, sosok sang suciwan itu sendiri berperan sebagai “ladang subur menanam jasa”. Kaum monastik juga dapat mengajarkan Dhamma kepada umat-umat awam dan dengan cara ini memberikan akses pada ajaran-ajaran kepada mereka.]

(2) Ketika mereka mendatangi siapa pun, mereka pertama-tama mendatangi orang yang berkeyakinan, bukan mendatangi orang yang tanpa keyakinan.

(3) Ketika mereka menerima dana makanan, mereka pertama-tama menerima dana makanan dari orang yang berkeyakinan, bukan dari orang yang tanpa keyakinan.

(4) Ketika mereka mengajarkan Dhamma, mereka pertama-tama mengajarkan Dhamma kepada orang yang berkeyakinan, bukan kepada orang yang tanpa keyakinan.

(5) Dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, seorang yang berkeyakinan terlahir kembali di alam tujuan yang baik, di alam surga.

Ini adalah kelima manfaat yang mendatangi seorang anggota keluarga yang memiliki keyakinan.

“Seperti halnya di sebuah persimpangan di tanah yang datar, sebatang pohon banyan besar didatangi oleh burung-burung dari segala penjuru, demikian pula [43] seorang anggota keluarga yang memiliki keyakinan didatangi oleh banyak orang: para bhikkhu, bhikkhunī, umat awam laki-laki, dan umat awam perempuan.”

Sebatang pohon besar dengan batang yang kuat, dahan, dedaunan, dan buah yang banyak, dengan akar yang kokoh, dan berbuah, adalah penyokong bagi banyak burung.

Setelah terbang melintasi angkasa, burung-burung mendatangi pangkalan yang menyenangkan ini: mereka yang membutuhkan keteduhan mengambil bagian dalam keteduhannya; mereka yang membutuhkan buah memakan buahnya.

Demikian pula, ketika seseorang bermoral, memiliki keyakinan, rendah hati, mengalah, lemah-lembut, ramah, halus, mereka di dunia ini yang merupakan lahan jasa — yang hampa dari nafsu dan kebencian, hampa dari delusi, dan tanpa noda — mendatangi orang demikian.

Mereka mengajarkan Dhamma kepadanya yang menghalau segala penderitaan, yang setelah memahaminya seorang yang tanpa noda di sini mencapai nibbāna.

© Hak Cipta HERY SHIETRA.

Budayakan hidup JUJUR dengan menghargai Jirih Payah, Hak Cipta, Hak Moril, dan Hak Ekonomi Hery Shietra selaku Penulis.