Seorang Albert Einstein pun Masih Juga Dikritik oleh Pengkritik, Pengkritik yang Bodoh

HERY SHIETRA, Seorang AAlbert Einstein pun Masih Juga Dikritik oleh Pengkritik, Pengkritik yang Bodoh

Orang-orang jenius tidak akan mendapat kritik oleh sesama orang jenius,

Dimana sebaliknya,

Orang-orang jenius selalu mendapat kritik dari orang-orang bodoh,

Semata karena alasan, orang-orang bodoh tidak akan pernah mampu memahami cara berpikir dan kacanggihan karya orang-orang jenius.

Di mata orang-orang purbakala,

Benda canggih semacam mobil atau penemuan pesawat,

Hanya akan dianggap sebagai seonggok batu yang keras namun tidak dapat dimakan oleh mereka.

Ketika orang-orang yang tidak mampu memahami betapa jenius seorang Einstein,

Para orang dungu akan mengkritik model dan gaya rambut sang jenius,

Sebagai,

Mengapa ia tidak menyisir rambutnya?

Mengapa ia tidak pernah ke salon?

Model rambut yang berselera buruk,

Maka,

Sang Albert Einstein pun akan menjawab,

"Emangnya gua pikirin? Cuih cuih! Setidaknya selera pikiranmu masih lebih konyol daripada style rambut saya. Kamu suruh saya menjadi seperti artis pesolek yang menghabiskan waktu ke salon? Tidak, terimakasih, tidak tertarik, dan silahkan bawa pergi wajah konyol kalian, hanya merusak pemandangan."

Ketika orang-orang bodoh menertawakan teori yang dicetuskan oleh seorang Albert Einstein,

Bahwa teorinya adalah sampah semata karena tidak bisa dimakan,

Bahwa teorinya hanyalah deretan angka dan simbol penuh omong-kosong,

Bahwa teorinya tidak berguna serta tidak bermanfaat,

Maka sang Albert Einstein pun akan menjawab,

Memangnya saya pernah minta komentar kamu? Lebih baik saya bertanya pada rumput yang bergoyang.

Ketika orang-orang yang merasa bangga karena memiliki banyak rekan dan teman berkumpul untuk berbagai OMONG-KOSONG yang hanya membuang-buang waktu untuk omong-kosong yang tidak produktif,

Kemudian merasa berhak untuk mengkritik sang Albert Einstein sebagai si introvert yang hanya sibuk dengan dirinya sendiri di laboratorium,

Maka sang Albert Einstein pun akan berkata,

Dasar idiot, yang ingin berkenalan dengan saya, banyak, namun untuk apa saya jual murah diri dan waktu saya, seolah-olah dapat disamakan dengan diri kalian yang SAMPAH, waktu kalian SAMPAH, pemikiran kalian SAMPAH, omongan kalian SAMPAH, eksistensi kalian SAMPAH.

Sang Albert Einstein pun mungkin akan kembali berkata,

Hanya orang-orang bodoh yang bangga memiliki teman-teman yang SAMPAH,

Hanya orang-orang dungu tanpa masa depan yang memiliki teman-teman yang menyerupai preman,

Hanya orang-orang bego tanpa harapan yang memiliki teman-teman yang menyerupai tukang pukul,

Hanya orang-orang idiot tanpa pekerjaan yang memiliki teman-teman yang KURANG KERJAAN.

Orang-orang bodoh selalu akan berbangga diri atas kebodohan yang mereka pertontonkan.

Orang-orang hebat selalu selektif,

Selektif dalam berkomunitas,

Selektif dalam membuat pilihan hidup,

Selektif dalam meluangkan waktunya,

Selektif dalam mengisi hidupnya,

Selektif dalam merancang hidupnya.

Selektif, artinya membatasi diri.

Orang-orang jenius,

Menjadi jenius karena membatasi dirinya.

Orang-orang jenius tidak akan pernah membuang-buang waktu untuk dapat memiliki banyak teman-teman tukang pukul, preman, ataupun teman-teman kurang kerjaan.

Orang-orang yang tidak menghargai intelektual,

Akan berkomentar bahwa teori Albert Einstein adalah terdengar seperti sebuah omong-kosong karena sukar dipahami.

Namun sang Albert Einstein menanggapi secara ringan saja,

Memangnya saya pernah berharap kamu mengerti, atau mengemis-ngemis agar kalian mengerti dan paham? Barulah dapat disebut sebagai bodoh, ketika saya membuang waktu untuk membuat semua orang bodoh menjadi paham. Itu sama seperti saya mengajari seekor monyet tentang teori Hukum Newton. Orang-orang cerdas ber-otak, sekalipun mulanya belum paham, namun mereka memiliki potensi untuk paham.

Orang-orang bodoh mengkritik seorang Albert Einstein,

Karena memiliki wajah yang tidak rupawan,

Dan menyayangkan mengapa sang Albert Einstein tidak seganteng aktor kenamaan dari Hollywood.

Untuk itu, sang Albert Einstein pun menanggapi sembari tetap sibuk bermain-main dengan rumus matematika,

Kamu memang idiot, orang yang sudah tua mana yang kulitnya tidak berkeriput dan rambut yang memutih? Kalau saya tidak ganteng, mengapa begitu banyak wartawan yang ingin meliput dan berfoto selfie bersama saya?

Orang-orang yang hanya memiliki otot tubuh yang besar namun dengan kapasitas otak yang sebesar biji kacang,

Akan mencemooh seorang Albert Einstein sebagai berbadan lemah dan tidak berotot,

Tidak juga memiliki otot-otot pada bagian perutnya yang dibanggakan para pria pada era zaman batu yang ketinggalan zaman.

Maka sang Albert Einstein pun angkat bicata,

Kamu memang purba. Nanti coba kamu cicipi sendiri Bom Atom yang saya ciptakan dan akan saya arahkan moncong rudal berhulu ledak nuklir ke arah kamu, silahkan kamu tahan dengan otot tangan dan perut yang kamu bangga-banggakan tersebut, wahai manusia kodok.

Ketika ternyata masakan yang dibuat oleh Albert Einstein,

Tidak seenak masakan yang dibuat oleh pedagang makanan pada kedai di pinggir jalan,

Orang-orang kerdil tampaknya akan menjadikan itu sebagai alasan untuk menjatuhkan seorang Albert Einstein,

Bahwa seorang Albert Einstein kalah melawan keterampilan seorang penjual makanan di pinggir jalan yang bahkan tidak pernah belajar algoritma sepanjang hidupnya.

Menanggapi hal tersebut,

Sang jenius Albert Einstein dengan ringan saja berujar,

Saking pintarnya kalian bahkan menuntut agar seekor kera di hutan pandai berenang, ayam pandai terbang, burung pandai berlari, dan kucing pandai berkotek. Hanya manusia bodoh kurang kerjaan yang ingin memenangkan kontes mengeong seperti seekor kucing atau berkotek seperti seekor ayam.

Mereka yang meremehkan kejeniusan seorang Albert Einstein,

Cenderung akan melecehkan sang Albert Einstein,

Dengan berkomentar bahwa tetap saja seorang Albert Einstein sekalipun akan meninggal dunia,

Tidak mampu kecerdasannya membuatnya tidak menjadi semakin menua dan lolos dari maut kematian karena usia tua.

Meski merasa bosan menghadapi kebodohan orang-orang bodoh,

Sang Albert Einstein pun memberikan tanggapan,

Apakah belum cukup kalian mempermalukan diri kalian sendiri, dengan mempertontonkan parade betapa bego-nya diri kalian lewat komentar-komentar bego kalian. Mati artinya lahir kembali, dengan tubuh yang kembali muda, kembali mencicipi dan menikmati manis-indahnya berpacaran serta gigi yang masih utuh serta kuat. Kalian sama bego-nya dengan mereka yang bergembira ketika seorang bayi lahir, meski mengetahui betul bayi itu kelak akan menjadi tua, sakit, dan mati. Sama bego-nya juga dengan mereka yang bersedih ketika ada yang meninggal, meski mereka juga tahu bahwa kematian artinya sebuah kelahiran kembali. Betapa sungguh bodohnya kehidupan manusia di muka bumi ini, berputar-putar tanpa ujung-pangkal dan tanpa ujung-akhirnya, selalu mengulang siklus yang sama menyerupai sebuah ritual kehidupan yang seolah tidak pernah jemu-jemunya. Mengapa kalian bersedih jika kerabat kalian meninggal dunia, bila kalian yakin kerabat kalian akan masuk surga, bukankah semestinya kalian berpesta merayakan, alih-alih bermuram-durja dan berduka-cita?

Si bego mencoba kembali menantang agar sang Albert Einstein membuktikan kehebatannya dengan menaklukkan dunia dan menjadi penguasa jagat raya.

Terbukti, Albert Einstein tidak pernah tercatat dalam sejarah sebagai seorang penakluk dunia,

Karenanya kehebatan seorang Albert Einstein patut untuk diragukan dan dipandang sebelah mata.

Setelah geleng-geleng kepala keheranan atas ketololan orang-orang bego, yang entah bagaimana selama ini bisa hidup, yang hanya pandai mencela,

Dengan enteng sang Albert Einstein bergumam sekalipun merasa alergi berdekatan dengan orang bodoh si pengganggu pemandangan,

Kamu memang orang bego, menyuruh saya untuk masuk neraka? Hanya orang bodoh, yang menjerumuskan dirinya sendiri ke dalam kubangan karma buruk, alias bersikap egois terhadap dirinya sendiri dengan menguasai kehidupan orang lain dan makhluk hidup lainnya. Neraka tidak punya pintu masuk untuk tamu, namun tetap saja si bodoh bersikeras untuk memasukinya. Mata air sungai dari gunung tinggi ataupun mata air sungai dari dataran rendah, semua pada muaranya mengalir pada hilir yang sama, yakni samudera yang sama saling bercampur-aduk. Penjahat yang beruntung adalah penjahat yang selalu gagal menyakiti ataupun merugikan korban-korbannya. Sebaliknya, tiada penjahat yang lebih sial daripada penjahat yang selalu berhasil melakukan kejahatannya.

Si bodoh menanggapi,

Saya tidak paham.

Sang Albert Einstein menimpali santai,

Memangnya saya pernah tanya, apakah kamu paham atau tidaknya? Saya tidak pernah mengharap kamu untuk dapat paham. Saya sedang bicara dengan diri saya sendiri, dan orang-orang jenius punya kebiasaan berbicara dengan dirinya sendiri.

Sang bego mencoba berdebat,

Berbicara sendiri, mirip orang gila!

Sang Albert Einstein sembari mengelus dada, terpaksa memberi tanggapan singkat,

Lebih gila yang berbicara dengan orang gila. Kamu pikir kamu orang waras ya? Sewaras apa, sampai-sampai seharian berbicara dan sibuk dengan sebuah handphone, atau merasa ingin mati dengan alasan merasa bosan hanya karena bisa bersama diri sendiri seorang?

Sang bego kembali berkata dengan sengit, tidak mau kalah,

Saya tetap tidak paham dengan apa dikatakan oleh si Albert Einstein tadi di atas ataupun segala teori-teorinya.

Sang Albert Einstein pun berujar sambil pergi berlalu tanpa lagi membuang-buang waktu meladeni orang-orang bodoh,

Emangnya gua pikirin?!

Tapi...

STOP! Orang bego dilarang bicara, berpendapat, ataupun komentar! Demokrasi tidak pernah cocok diberlakukan pada bangsa yang masih bodoh. Mendengarkan orang bodoh, dipimpin oleh orang bodoh, dipilih oleh orang bodoh, memilih orang bodoh, dibodohi oleh orang bodoh. Jangan suruh saya membuat vaksin anti kebodohan.

EINSTEIN, ENGKAU ORANG YANG ANEH!

MEMANG! Baru tahu? Tidak boleh?

© Hak Cipta HERY SHIETRA.