Kutahu Apa yang Kumau, Cukup Kutahu Siapa Diriku Sendiri ketimbang Tahu Semua yang Diluar Sana

HERY SHIETRA, Kutahu Apa yang Kumau, Kutahu Diriku Sendiri ketimbang Tahu yang Diluar Sana

Jika seseorang berkata pada kita,

Kamu BODOH”,

Maka jawablah,

MEMANG!

Memangnya Anda merasa lebih dan sudah pintar?

Seseorang menjadi pandai karena dirinya menyadari masih bodoh.

Apa jadinya bila seseorang merasa dirinya telah pandai?

Orang-orang dengan “low profile”,

Tidak pernah pamer prestasi.

Pengakuan serta kepercayaan diri bersumber dari dalam diri,

Bukan pemberian dari orang lain di luar diri kita.

Jika seseorang berkata pada kita,

Sekalipun kita telah menorehkan banyak prestasi yang tidak mampu diraih oleh orang kebanyakan,

Sekalipun kita patut disejajarkan dengan segelintir orang jenius lainnya,

Mereka menyebut diri kita sebagai,

Kamu orang ANEH”,

Maka jawablah,

MEMANG!

Orang jenius manakah,

Yang tidak eksentrik?

Karena orang-orang jenius sejatinya adalah minoritas dari seluruh jumlah populasi manusia di muka bumi ini,

Maka tidak mengherankan bila orang-orang jenius dipandang “aneh” karena kerap melawan arus,

Tampil lain daripada yang lain.

Ketika seluruh manusia di muka bumi ini,

Adalah rata-rata orang yang jenius,

Maka orang yang tidak jenius yang akan dianggap sebagai orang yang “tidak normal” dan “tidak wajar”,

Aneh sendiri serta lain daripada yang lain.

Sebongkah batu yang sebesar gunung akan berkata pada sebutir intan yang kecil,

Kamu batu yang aneh!

Sang intan yang kecil-cilik-mungil-imut akan menjawab tanpa gentar,

MEMANG!

Ketika orang lain menghakimi kita dengan berbagai komentar mereka,

Maka jawablah,

MEMANG-nya saya pernah minta komentar kamu?

Manusia yang merdeka,

Sudah seyogianya menjunjung tinggi kemerdekaan berpikirnya sendiri,

Tidak membiarkan diri kita terdikte,

Berdiri di atas pikiran dan diri kita sendiri,

Mengamati serta menilai secara objektif sesuai realita.

Ketika orang-orang mengkritik cara hidup kita, sekalipun kita tidak pernah merugikan orang lain,

Maka jawablah,

MEMANG-nya saya pernah minta izin kamu untuk dan ketika menjalankan hidup saya sendiri?

Berdikari artinya,

Berdiri di atas kaki kita sendiri,

Bukan diatas pikiran terlebih komentar orang lain.

Ketika orang lain mencemooh kita sebagai orang yang penuh perhitungan,

Maka jawablah,

MEMANG! Tidak boleh?

Siapa juga yang senang hati merugi seorang diri?

Sementara pihak lain merasa senang mengambil keuntungan diatas kerugian orang lain.

Orang-orang yang perhitungan,

Tidak pernah merugikan orang lain,

Juga tidak akan pernah merugikan dirinya sendiri.

Pedagang yang bodoh tidak pernah pandai dalam berhitung,

Pedagang yang sukses selalu penuh perhitungan terhadap setiap sen hasil penjualannya.

Ketika kita tidak melakukan kecurangan,

Sekalipun terdapat kesempatan untuk itu,

Orang-orang pada umumnya akan berpendapat bahwa kita adalah,

TOLOL, kesempatan disia-siakan!

Maka jawablah,

MEMANG!

Pintu masuk ke alam neraka terbuka lebar,

Masih dimasuki juga.

Sekalipun diundang masuk,

Orang pandai tidak akan tertarik menyentuhnya.

Ketika orang lain melepaskan tanggung jawab dan lari darinya,

Meninggalkan kita seorang diri yang menanggung semua itu,

Orang-orang akan berkata,

Kamu BEGO, mengapa tidak ikut lari bersama mereka?

Maka jawablah,

MEMANG!

Apakah ada,

Yang betul-betul dapat kita curangi dalam hidup ini?

Ketika seseorang memasuki komunitas berisi kawanan serigala,

Maka orang tersebut perlu berperilaku seperti seekor serigala agar dapat diterima oleh komunitas serigala tersebut.

Bila seekor kelinci memasuki kandang kawanan serigala,

Dan tetap memakai bulu kelinci alih-alih memakai bulu serigala,

Banyak diantara kita yang akan menanggapi,

Bukan kelinci yang lucu, tapi kelinci yang IDIOT!

Maka jawablah,

MEMANG!

Namun lebih malang bagi mereka yang menjelma serigala,

Menjadi serigala bagi sesamanya.

Ketika kita telah belajar banyak dari berbagai pengalaman buruk kita,

Yang mengajarkan kepada kita untuk tidak selalu berbaik sangka kepada orang lain yang belum tentu beritikad baik terhadap kita,

Dan orang-orang akan menstigma kita sebagai,

Orang yang NEGATIVE THINKING!

Maka jawablah,

MEMANG! Apakah itu melanggar hukum atau bahkan Dosa?

Cobalah untuk senantiasa “positive thinking” hidup ditengah-tengah masyarakat Indonesia,

Dan jangan menyesal dikemudian hari bila sampai bermasalah secara hukum.

Ketika orang-orang menyebut kita sebagai kikir-pelit,

Sekalipun tanpa orang lain ketahui kita adalah donatur “tanpa nama”, yang bahkan berdana rutin sepuluh persen dari penghasilan bulanan yang kita dapatkan,

Besaran nominal donasi mana tidak mungkin dilakukan oleh orang kebanyakan,

Maka jawablah,

MEMANG! Terus, kenapa? Kamu tidak bisa kerja cari uang untuk beli makan sendiri, dan masih harus juga saya suapi?

Ketika kita hanya sekadar membela diri,

Ketika diperlakukan secara tidak patut dan tidak adil,

Sementara orang-orang yang tidak mengetahui apapun tentang kondisi, latar-belakang, dan seluruh situasi yang kita alami serta hadapi,

Masih juga mendiskreditkan kita selaku korban,

Alih-alih menolong,

Dengan cibiran sebagai “Pemarah dan tukang ribut”,

Maka jawablah,

MEMANG-nya saya mayat, yang hanya dapat diam membujur di peti mati disakiti dan dirugikan seperti apapun?

Jika memang mereka hebat dan adil,

Mengapa justru mendiskreditkan korban alih-alih mengutuk dan menghujat pelaku yang menjahati pihak korban?

Ketika kita berkata secara keras dan ketus kepada orang-orang yang melecehkan dan merendahkan martabat diri kita,

Lalu orang-orang menyebut diri kita sebagai, “Tidak ramah”,

Maka jawablah,

MEMANG!

Apakah salah,

Hanya menaruh hormat terhadap orang-orang yang patut dihormati,

Hanya menghargai orang-orang yang dapat saling menghargai?

Mengapa juga,

Memberikan “reward” kepada pihak-pihak yang melecehkan harkat diri kita,

Alih-alih memberikan “punishment” kepada pelakunya,

Seolah diri kita tidak berharga sama sekali di mata diri kita sendiri.

Ketika orang lain merasa bangga karena diri mereka memiliki banyak teman yang seperti tukang pukul,

Teman-teman yang menyerupai preman,

Teman-teman yang menyerupai orang-orang yang kurang kerjaan,

Sementara diri kita sangat selektif dalam berteman,

Dan disaat bersamaan sangat ketat memanfaatkan waktu diri kita dalam bersosialisasi,

Karenanya orang lain menyebut diri kita sebagai “Tidak punya teman”,

Maka jawablah,

MEMANG!

Siapa juga yang dengan bodohnya ingin memiliki segudang teman-teman yang seperti tukang pukul,

Teman-teman yang menyerupai preman,

Teman-teman yang menyerupai orang-orang yang kurang kerjaan,

Membuang waktu untuk berteman dengan orang-orang berbahaya dan orang-orang tidak berguna menyerupai sampah,

Yang hanya membuang-buang waktu produktif diri kita.

Bukankah lebih baik memiliki satu orang sahabat sekaliber Albert Einstein,

Ketimbang memiliki segudang teman yang tidak berkualitas dan bahkan dapat menjadi contoh yang buruk bagi kita?

Hanya orang bodoh,

Yang tidak selektif dalam berteman,

Pada gilirannya rusak akibat lingkugnan pergaulan.

Banyak orang ingin berkenalan dengan Einstein,

Namun tidak semua orang yang ingin dikenali oleh Einstein.

Tanya kenapa?

Ketika kita mengalami kegagalan ketika belajar atau ketika melakukan kegiatan usaha,

Alih-alih memahami resiko yang kita ambil dan tempuh,

Justru menyalahkan kita sebagai,

Kamu SALAH!

Maka jawablah,

MEMANG!

Pelaku usaha dan pembelajar manakah juga,

Yang tidak pernah mencicipi kegagalan dalam perjalanan hidupnya?

Hanya berdiam diri tanpa mengambil resiko sekalipun,

Hidup ini sejatinya sudah penuh resiko.

Hanya mereka yang selama ini hanya terbiasa berpangku tangan seperti seorang raja atau seorang ratu,

Yang tidak pernah melakukan kesalahan,

Selain kesalahan terbesar seperti bersikap seolah-olah seperti seorang ratu atau seorang raja.

Tong kosong,

Nyaring bunyinya.

Ketika kita menerapkan prinsip “silent is golden”,

Namun masih juga disebut sebagai “manusia yang membosankan”,

Atau bahkan, “Kurang pergaulan”,

Maka jawablah,

MEMANG! Tidak boleh? Apakah ada yang dirugikan oleh sikap saya ini?

Si “Tong Kosong”,

Seringkali minim prestasi.

Si “Pendiam”,

Tidak jarang kaya akan prestasi dan hasil karya yang patut dibanggakan dan tersohor.

Bukankah lebih baik dapat dikenali dan diakui oleh banyak orang sebagai sosok yang kompeten pada bidangnya,

Ketimbang sebagai si “Besar Mulut”?

Simple is beautiful,

Begitu pepatah mengatakan.

Namun ketika tampil bersahaja,

Masih juga mendapat celaan sebagai berbusana sederhana dan tidak dihormati semata karena faktor busana yang dipakai dan dikenakan dalam keseharian,

Maka jawablah,

MEMANG-nya aku telanjang, harus pakai malu segala?

Koruptor selalu berpakaian serba mewah lengkap dengan segala atribut kekayaan,

Jika perlu menutupi seluruh tubuh mereka dengan pakaian dari ujung kaki hingga ujung rambut,

Sementara Sang Buddha hanya mengenakan jubah dari kain bekas buangan,

Manakah yang lebih agung dan lebih dihormati oleh kalangan dewata?

Sebagus apapun busana yang dikenakan,

Namun bila memiliki hati yang rusak,

Busana demikian tidak dapat selamanya menutupi bau busuk dalam diri mereka yang selama ini tersamarkan.

Semua orang mengenakan “topeng”,

Namun kita tampil apa adanya dan berbicara apa adanya.

Akibatnya, orang-orang berpendapat bahwa kita akan kurang disukai oleh orang lain,

Maka jawablah,

MEMANG!

Orang-orang Indonesia tidak suka mengenakan masker dikala wabah,

Namun setiap harinya memakai “topeng” di wajah,

Bahkan dikala tidur masih juga mengenakan “topeng”.

Ketika orang lain memandang rendah diri kita semata karena tidak memiliki kendaraan ataupun rumah yang mewah,

Maka jawablah,

MEMANG! So what?

Syukurlah, tiada seorang pun yang mengetahui betapa banyak harta kekayaan kita tesimpan dalam tabungan dan betapa tidak banyak orang diluar sana yang mampu menandingi dana sosial yang rutin kita berikan kepada lembaga nirlaba.

Lebih baik nama kita tenar di mata kaum dewata,

Sekalipun tidak dikenali oleh umat manusia.

Ketika orang lain menghina kita sebagai tidak cantik ataupun tidak tampan,

Maka jawablah,

MEMANG-nya Anda sendiri sudah tampan dan cantik?

Setidaknya bila dibandingkan dengan seorang Julia Robert ataupun seorang Tom Cruise.

Kita mengenal istilah “inner beuaty”,

Lebih dapat bertahan lama,

Ketika kulit kita mulai mengeriput,

Dan rambut kita mulai memutih.

Ketika kita mengharap bahwa dengan tidak pernah menyakiti ataupun merugikan pihak manapun,

Maka kita berhak untuk tidak pernah disakiti ataupun dirugikan oleh orang lain,

Karenanya menjadi sangat tidak dapat mentolerir ketika disakiti ataupun dirugikan oleh orang lain,

Serta tidak dapat kompromi terhadap pihak-pihak yang merugikan ataupun menyakiti diri kita,

Namun masih juga masyarakat justru menyalahkan korban sebagai “TIDAK SOPAN!”,

Seolah-olah disaat bersamaan membenarkan perilaku buruk seperti merugikan dan menyakiti seseorang yang dijadikan korban olehnya,

Maka jawablah,

MEMANG-nya Gua Pikirin, Cuih Cuih!

Yang tidak waras,

Sejatinya ialah mereka yang justru mendiskreditkan korban,

Alih-alih menolong dan membela korban,

Justru seolah hendak membenarkan dan membela kelakuan pelaku kejahatan yang menyakiti korbannya.

Kemana jugakah mereka,

Ketika sang korban disakiti dan dirugikan,

Selain hanya pandai berkomentar dan menghakimi keadaan orang lain yang sudah terluka dan menderita kerugian?

Jika bukan diri kita sendiri yang paling bertanggung-jawab untuk menjaga, membela, serta memperjuangkan hak-hak maupun kepentingan diri kita,

Siapa lagi?

Ketika seluruh orang di dunia ini salah paham terhadap kita,

Memiliki perspektif keliru tentang diri kita,

Dan sekalipun ketika dunia ini seolah melawan diri kita,

Maka jawablah,

MEMANG-nya saya hidup untuk kalian?

Hiduplah untuk diri kita sendiri,

Cintailah diri kita sendiri,

Hargailah diri kita sendiri,

Pahamilah diri kita sendiri,

Berkenalankah bagi diri kita sendiri,

Jadilah teladan bagi diri kita sendiri,

Perjuangkan bagi diri kita sendiri,

Berusahalah bagi diri kita sendiri,

Kasihilah bagi diri kita sendiri,

Berikanlah pelukan bagi diri kita sendiri,

Bagilah kebaikan hati bagi diri kita sendiri,

Rayakanlah bagi diri kita sendiri,

Tersenyum dan tertawalah bagi diri kita sendiri,

Hadirlah bagi diri kita sendiri,

Jadilah pejuang yang gigih bagi diri kita sendiri,

Kuatkan bagi diri kita sendiri,

Berikan dukungan bagi diri kita sendiri,

Karena ketika kita telah meninggal dunia,

Kita hanya membawa diri kita sendiri,

Seorang diri.

Egois dan jatuh cinta pada diri sendiri?

Maka jawablah,

MEMANG!

Selama tidak pernah merugikan orang lain,

Apakah salah secara moril?

Mereka yang serakah,

Yang semestinya malu dan takut.

Jangan lupa untuk mulai berlatih menjawab,

MEMANG!

Dengan cara begitulah,

Semua orang yang kerap membicarakan secara negatif tentang diri kita,

Akan bungkam karena “kehabisan kata-kata”.

Tiada lagi yang perlu didebatkan ataupun diisukan,

Karena kita telah menjawab secara tegas seketika itu juga,

MEMANG!

Habis perkara.

Dunia ini terlampau banyak pemborosan sumber daya suara dan kata-kata,

Menjelma sampah yang layak masuk tong sampah.

Mulut yang sampah,

Berisi kata-kata sampah,

Manusia sampah, dunia ini tidak pernah kekurangan manusia sampah.

© Hak Cipta HERY SHIETRA.