When a Son of Human Being Sues Religion that Imprisons Human. Ketika seorang Anak Manusia Menggugat Agama yang Memenjarakan Manusia

HERY SHIETRA, When a Son of Human Being Sues Religion that Imprisons Human. Ketika seorang Anak Manusia Menggugat Agama yang Memenjarakan Manusia
Does religion exist in the world for the good of humanity,
Or does humanity exist in this world, merely to worship religion?
As if religion were actually used as God.
If humans exist solely for the sake of religion,
This means that religion has reduced the value of a human being, thinking power, and dignity,
Even uprooting the essential essence of an intelligent person,
Named humanity.
If religion makes humans have self-justification for doing bad or things that are contrary to common sense,
That is,
Religion deserves to be an enemy of all humanity,
Not something that needs to be preserved especially for us to inherit for our future generations.
If we fail to become humane human beings,
Whether as a human being with religion or without religion,
It means we do not have the competence to claim to be civilized human beings,
We incarnate a predatory carnivorous animal that does not have the nobleness of character that should be praised by the wise.
When religion is number one rather than doing real virtue,
Same means we have failed to become a free-living human being,
Confined and imprisoned by religious dogmas,
Stuck up and become a slave to religion,
By religion,
As well as for religion.
Like a turtle trapped in a shell,
Narrow shell,
Complete with a shallow perspective.
Religion should free humans from the chains of ignorance that have been binding humanity,
Not just the opposite, creating a new slavery in the name of God.
If God is a symbol of freedom,
Then,
Why does religion actually contradict the vastness of God, which is as wide as the universe without any shackles of limitations?
The universe is majestic and grand,
Even without our grand-glorifying,
That is the most important fact,
Which we can never change,
Especially by a religion.
The universe is the universe,
Complete with its own natural law,
Working with his own natural law,
Whatever your religion,
We all remain subject to natural law,
Without exception.
The greatness of the universe never fades only because no human glorifies it,
And it will not be greater just because people glorify it.
This universe works according to its own natural law,
The universe will never be affected by the presence or absence of human beings who glorify this universe.
Try to look at the blue sky up there,
The presence or absence of people who glorify the Sun,
The sun still rises in the morning and will set in the afternoon.
The presence or absence of people who glorify the Earth,
The earth will still rotate and evolve around the Sun,
Even if you disown it, deny it, and don't admit it,
Even believing the opposite,
This solar system works with its own universal law.
Just like when there is or no glorifying rainy season,
The rainy season will still come when the dry season passes.
Out of dark,
The light rises,
Whether or not there is a glorification of the brightness of the light that illuminates the universe.
Just like the birth of a baby,
Many adult humans are happy and happy,
Even though we all know that the baby will grow old, get sick, and die,
As much as we glorify the baby,
Still it will not change the fact that the baby is subject to natural law.
The universe will never be affected by the presence or absence of human beings who glorify this universe.
The universe never depended on the presence or absence of human beings who glorify the universe,
Just like earthquakes and volcanoes that keep happening,
Even though humanity protested and criticized various natural disasters that occurred.
The universe works according to its own natural law,
The universe will never be affected by praise or criticism expressed by one or the human race.
A stinkbug, is still a stinkbug,
Even though all mankind gave him the highest respect by giving them such a great nickname as the golden bug.
Otherwise,
A jewel is still a jewel,
Even if the jewel has fallen into a mud puddle,
Still, these precious gems will still be contested by many humans.
The jewel never diminishes the brightness of it light,
Only because of the absence of humanity who did not give words of grand-glorify to the jewel.
Also applies the opposite principle,
A gem can never grow brighter,
Just because all human glorifies the jewel,
And,
The gem will never walk close to us,
Moreover, it can be moved by our words of praise for the sheen of the gem.
The gem remained in its original place,
Whether or not there is a human being who gives it a variety of glorious praise.
When a human being actually behaves like an animal,
Who only fills their life with eating, sleeping, and having sex,
So what makes a human different from an animal?
When a human being cannot be distinguished from an animal,
Then that means he has failed to become a whole person,
And do not have the competence to claim to be part of humanity or as a civilized nation.
That is the truth.
Like it or not,
The truth is still the truth,
Recognized or denied,
It is praised or criticized and be censured.
Nothing can change the truth,
Unless you are trying to be the creator of another new universe for yourself.
© HERY SHIETRA Copyright.

Apakah agama eksis di dunia adalah untuk kebaikan umat manusia,
Ataukah umat manusia eksis di dunia ini, semata untuk menghamba pada agama?
Seolah agama yang justru dijadikan Tuhan.
Bila manusia ada semata untuk kepentingan agama,
Artinya agama telah mereduksi nilai hakiki dari seorang anak manusia, daya pikir, serta martabatnya,
Bahkan mencabut esensi hakiki dari seorang makhluk berakal budi,
Bernama umat manusia.
Bila agama membuat manusia memiliki pembenaran diri untuk melakukan keburukan maupun hal-hal yang bertentangan dengan akal sehat,
Artinya,
Agama patut dijadikan musuh segenap umat manusia,
Bukan sesuatu yang perlu dilestarikan terlebih untuk kita wariskan bagi generasi penerus kita.
Bila kita gagal menjadi manusia yang humanis,
Entah sebagai manusia dengan agama ataupun tanpa agama,
Artinya kita tidak memiliki kompetensi untuk mengaku sebagai seorang manusia yang beradab,
Kita menjelma seekor hewan karnivora predator yang tidak memiliki keluhuran karakter yang patut dipuji oleh para bijaksana.
Ketika agama yang dijadikan nomor satu daripada berbuat kebajikan secara nyata,
Sama artinya kita telah gagal menjadi seorang manusia yang hidup bebas,
Terkungkung dan terpenjara oleh dogma-dogma agama,
Terpasung dan menjadi budak dari agama,
Oleh agama,
Serta untuk agama.
Bagai seekor kura-kura terperangkap di dalam tempurung,
Tempurung yang sempit,
Lengkap dengan cara pandangnya yang dangkal.
Agama semestinya membebaskan manusia dari rantai belenggu kebodohan yang selama ini mengikat umat manusia,
Bukan justru sebaliknya membuat perbudakan baru dengan mengatasnamakan Tuhan.
Bila Tuhan adalah simbolisasi kebebasan,
Maka,
Mengapa agama justru menjauhi sifat-sifat penuh keluasan dari sesosok Tuhan yang seluas alam semesta tanpa belenggu keterbatasan apapun ini?
Alam semesta ini megah dan agung,
Sekalipun tanpa perlu kita agung-agungkan,
Itulah fakta paling utama,
Yang tidak akan pernah dapat kita ubah,
Terlebih oleh sebuah agama.
Alam semesta adalah alam semesta,
Lengkap dengan hukum alamnya sendiri,
Bekerja dengan hukum alam miliknya sendiri,
Apapun agama Anda,
Kita semua tetap tunduk pada hukum alam,
Tanpa terkecuali.
Keagungan alam semesta tidak pernah memudar hanya karena tiada manusia yang mengagung-agungkannya,
Dan tidak akan bertambah agung hanya karena umat manusia mengagung-agungkannya.
Alam semesta ini bekerja berdasarkan hukum alam miliknya sendiri,
Alam semesta tidak akan pernah terpengaruh oleh ada atau tidak adanya umat manusia yang mengagung-agungkan alam semesta ini.
Cobalah tengok langit biru di atas sana,
Ada atau tidak adanya yang mengagung-agungkan Matahari,
Matahari tetap timbul pada pagi hari dan akan tenggelam pada sore hari.
Ada atau tidak adanya yang mengagung-agungkan Planet Bumi,
Planet Bumi ini tetap akan berotasi dan berevolusi memutari Matahari,
Sekalipun Anda memungkiri dan tidak mengakuinya,
Bahkan meyakini yang sebaliknya,
Tata surya ini bekerja dengan hukum semesta miliknya sendiri.
Sama seperti ketika ada atau tidak adanya yang mengagung-agungkan musim hujan,
Musim hujan tetap akan datang ketika musim kering berlalu.
Habis gelap,
Terbitlah terang,
Ada yang ataupun tidak adanya yang mengagung-agungkan kecemerlangan sinar yang menerangi alam semesta ini.
Sama seperti kelahiran seorang bayi,
Banyak manusia dewasa yang bergembira dan merasa bahagia,
Sekalipun kita semua mengetahui bahwa bayi tersebut kelak akan menjadi tua, sakit, dan mati,
Sebanyak apapun kita mengagung-agungkan sang bayi,
Tetap tidak akan mengubah fakta bahwa sang bayi tunduk pada hukum alam.
Alam semesta tidak akan pernah terpengaruh oleh ada atau tidaknya umat manusia yang mengagung-agungkan alam semesta ini.
Alam semesta tidak pernah bergantung pada ada atau tidaknya umat manusia yang mengagung-agungkan alam semesta,
Sama seperti gempa bumi dan gunung meletus yang tetap akan terjadi,
Sekalipun umat manusia mengutuk dan mengkritik berbagai bencana alam yang terjadi.
Alam semesta bekerja berdasarkan hukum alamiah miliknya sendiri,
Alam semesta tidak akan pernah terpengaruh oleh pujian ataupun kritik yang diutarakan oleh seorang atau para umat manusia.
Seekor kutu busuk tetaplah seekor kutu busuk,
Sekalipun seluruh umat manusia memberikannya penghormatan tertinggi dengan memberinya nama julukan yang demikian agung sebagai kutu emas.
Sebaliknya,
Sebuah permata tetaplah sebuah permata,
Sekalipun permata tersebut pernah jatuh ke dalam kubangan lumpur,
Tetap saja permata itu sangat berharga akan tetap diperebutkan oleh banyak manusia.
Permata tidak pernah berkurang kemilaunya,
Hanya karena tiadanya umat manusia yang tidak memberikan kata-kata penuh keagungan bagi permata tersebut.
Juga berlaku prinsip sebaliknya,
Sebuah permata tidak akan pernah dapat bertambah kemilaunya,
Hanya karena umat manusia mengagung-agungkan permata tersebut,
Dan,
Permata tersebut tidak akan pernah berjalan mendekati kita,
Terlebih dapat digerakkan oleh kata-kata penuh pujian kita atas kemilau permata tersebut.
Permata tersebut tetap berada di tempatnya semula,
Ada ataupun tidaknya umat manusia yang memberikannya berbagai pujian penuh keagungan.
Ketika seorang manusia justru berperilaku tidak ubahnya seekor hewan,
Yang hanya mengisi hidupnya dengan makan, tidur, dan berhubungan tubuh,
Maka apa yang membuat manusia tersebut berbeda dengan seekor hewan?
Ketika seorang manusia tidak mampu dibedakan dengan seekor hewan,
Maka itu sama artinya ia telah gagal menjadi seorang manusia seutuhnya,
Dan tidak memiliki kompetensi untuk mengaku sebagai bagian dari manusia ataupun sebagai bangsa beradab.
Itulah kebenarannya,
Suka ataupun tidak suka,
Kebenaran tetaplah kebenaran,
Diakui ataupun dipungkiri,
Diangung-agungkan ataupun dicela dan dikritik.
Tidak ada yang dapat mengubah kebenaran,
Kecuali Anda sedang mencoba menjadi pencipta alam semesta baru lainnya bagi Anda sendiri.
© Hak Cipta HERY SHIETRA.