Buddhisme Tidak Mengajarkan Umatnya menjadi PEMIMPI, namun menjadi Seorang PRAKTISI
Question: Umat agama samawi selama ini paling rajin berdoa, dimana isi doa-doanya ialah puja-puji setinggi langit kepada tuhan yang mereka sembah, dengan harapan agar doa-doa permohonan dan harapan mereka terwujud, semisal diberi ini dan diberi itu, diberi rezeki, diberi kesehatan, diberi kesuksesan, diberi surga, serta diberikan pengampunan dosa-dosa. Permohonan mereka tampak begitu irasional, mau dosa-dosa dihapus, tapi juga mau agar mereka makmur serta sejahtera. Apakah itu tidak berlebihan? Lalu, apakah umat agama Buddha, juga seperti itu praktik ritualnya?
Brief Answer: Buddhisme tidak mengajarkan umatnya menjadi
seorang PENJILAT yang hanya pandai memuja-muji (LIP SERVICES), dengan harapan dapat memohon dan mengharap dalam
doa-doa-nya. Umat Buddhist tidak butuh “omong-kosong” yang hanya membuang-buang
waktu semacam itu, karena umat Buddhist adalah “praktisi kehidupan” yang nyata
dan konkret mempraktikkan “sang jalan”. Ibadah dalam Buddhisme, ialah praktik
nyata, bukan doa-doa sebagaimana agama samawi. Sang Buddha pernah
bersabda sebagai berikut:
“Misalkan ada seekor ayam
betina dengan delapan, sepuluh, atau dua belas butir telur yang tidak ia
tutupi, tidak ia erami, dan tidak ia pelihara dengan baik. Walaupun ia
berkehendak: ‘Semoga anak-anakku menusuk cangkang mereka dengan ujung cakar
atau paruh mereka dan menetas dengan selamat!’ namun anak-anak ayam itu tidak
mampu melakukannya. Karena alasan apakah? Karena ayam betina itu tidak
menutupi, tidak mengerami, dan tidak memelihara telur-telurnya dengan baik.
“Demikian pula, ketika seorang bhikkhu tidak
bertekad pada pengembangan, maka bahkan walaupun ia berkehendak: ‘Semoga
pikiranku terbebaskan dari noda-noda melalui ketidak-melekatan!’ namun
pikirannya tidak terbebaskan dari noda-noda melalui ketidak-melekatan. Karena
alasan apakah? Karena ia tidak memiliki pengembangan.
“Para bhikkhu, ketika seorang
bhikkhu bertekad pada pengembangan, maka bahkan walaupun ia tidak berkehendak:
‘Semoga pikiranku terbebaskan dari noda-noda melalui ketidakmelekatan!’ namun
pikirannya terbebaskan dari noda-noda melalui ketidak-melekatan. Karena alasan
apakah? Karena pengembangannya.
“Misalkan ada seekor ayam
betina dengan delapan, sepuluh, atau dua belas butir telur yang ia tutupi, ia
erami, dan ia pelihara dengan baik. Walaupun ia tidak berkehendak: ‘Semoga
anakanakku menusuk cangkang mereka dengan ujung cakar atau paruh mereka dan
menetas dengan selamat!’ namun anak-anak ayam itu mampu melakukannya. Karena
alasan apakah? Karena ayam betina itu telah menutupi, mengerami, dan memelihara
telur-telurnya dengan baik.
“Demikian pula, ketika seorang
bhikkhu bertekad pada pengembangan, maka bahkan walaupun ia tidak berkehendak:
‘Semoga pikiranku terbebaskan dari noda-noda melalui ketidak-melekatan!’ namun
pikirannya terbebaskan dari noda-noda melalui ketidak-melekatan. Karena alasan apakah?
Karena pengembangannya.”
PEMBAHASAN:
Banyak diantara masyarakat kita yang tidak
memahami, bahwa ibadah dalam Buddhisme sangat jauh berbeda dengan cara ibadah agama-agama
samawi yang lebih banyak berupa ritual, protokoler, dan seremonial-prosedural berbentuk
puja-puji dan sembah-sujud. Semua orang sanggup menjadi seorang PENDOSA
PENJILAT PENUH DOSA. Namun, tidak semua orang sanggup menjalankan ibadah dalam
Buddhisme yang butuh komitmen nyata. Berikut ibadah dalam Buddhisme:
~Ovada Patimokkha~
Tidak melakukan segala bentuk kejahatan,
senantiasa mengembangkan kebajikan
dan membersihkan batin;
inilah Ajaran Para Buddha.
Kesabaran adalah praktek
bertapa yang paling tinggi.
“Nibbana adalah tertinggi”,
begitulah sabda Para Buddha.
Dia yang masih menyakiti orang
lain
sesungguhnya bukanlah seorang
pertapa (samana).
Tidak menghina, tidak
menyakiti, mengendalikan diri sesuai peraturan,
memiliki sikap madya dalam hal
makan, berdiam di tempat yang sunyi
serta giat mengembangkan batin
nan luhur; inilah Ajaran Para Buddha.
Sumber: Dhammapada 183-184-185
Label: Syair Gatha
Mengapa, umat Buddhist begitu minim berdoa, dan
lebih banyak praktik nyata mengamalkan “sang jalan”? Penjelasannya ada pada khotbah
Sang Buddha dalam “Aṅguttara Nikāya : Khotbah-Khotbah Numerikal Sang
Buddha, JILID IV”, Judul Asli : “The Numerical
Discourses of the Buddha”, diterjemahkan dari Bahasa Pāḷi oleh Bhikkhu Bodhi, Wisdom Publications 2012,
terjemahan Bahasa Indonesia tahun 2015 oleh DhammaCitta Press, dengan kutipan
sebagai berikut:
71 (7) Pengembangan
“Para bhikkhu, ketika seorang
bhikkhu tidak bertekad pada pengembangan, maka bahkan walaupun ia berkehendak:
‘Semoga pikiranku terbebaskan dari noda-noda melalui ketidak-melekatan!’ namun
pikirannya tidak terbebaskan dari noda-noda melalui ketidak-melekatan. Karena
alasan apakah? Karena ia tidak memiliki pengembangan. Tidak memiliki
pengembangan apakah?
(1) Empat penegakan perhatian,
(2) empat usaha benar,
(3) empat landasan kekuatan
batin,
(4) lima indria spiritual,
(5) lima kekuatan,
(6) tujuh faktor pencerahan,
dan
(7) jalan mulia berunsur delapan.
“Misalkan ada seekor ayam
betina dengan delapan, sepuluh, atau dua belas butir telur yang tidak ia
tutupi, tidak ia erami, dan tidak ia pelihara dengan baik. [126] Walaupun ia
berkehendak: ‘Semoga anak-anakku menusuk cangkang mereka dengan ujung cakar
atau paruh mereka dan menetas dengan selamat!’ namun anak-anak ayam itu tidak
mampu melakukannya. Karena alasan apakah? Karena ayam betina itu tidak
menutupi, tidak mengerami, dan tidak memelihara telur-telurnya dengan baik.
“Demikian pula, ketika seorang
bhikkhu tidak bertekad pada pengembangan, maka bahkan walaupun ia
berkehendak: ‘Semoga pikiranku terbebaskan dari noda-noda melalui
ketidak-melekatan!’ namun pikirannya tidak terbebaskan dari noda-noda melalui ketidak-melekatan.
Karena alasan apakah? Karena ia tidak memiliki pengembangan. Tidak memiliki
pengembangan apakah? Empat penegakan perhatian … jalan mulia berunsur delapan.
“Para bhikkhu, ketika seorang
bhikkhu bertekad pada pengembangan, maka bahkan walaupun ia tidak
berkehendak: ‘Semoga pikiranku terbebaskan dari noda-noda melalui
ketidakmelekatan!’ namun pikirannya terbebaskan dari noda-noda melalui ketidak-melekatan.
Karena alasan apakah? Karena pengembangannya. Pengembangan apakah?
(1) Empat penegakan perhatian,
(2) empat usaha benar,
(3) empat landasan kekuatan batin,
(4) lima indria spiritual,
(5) lima kekuatan,
(6) tujuh faktor pencerahan,
dan
(7) jalan mulia berunsur
delapan.
“Misalkan ada seekor ayam
betina dengan delapan, sepuluh, atau dua belas butir telur yang ia tutupi, ia
erami, dan ia pelihara dengan baik. Walaupun ia tidak berkehendak: ‘Semoga
anakanakku menusuk cangkang mereka dengan ujung cakar atau paruh mereka dan
menetas dengan selamat!’ namun anak-anak ayam itu mampu melakukannya. Karena
alasan apakah? Karena ayam betina itu telah menutupi, mengerami, dan memelihara
telur-telurnya dengan baik.
“Demikian pula, ketika
seorang bhikkhu bertekad pada pengembangan, maka bahkan walaupun ia tidak
berkehendak: [127] ‘Semoga pikiranku terbebaskan dari noda-noda melalui ketidak-melekatan!’
namun pikirannya terbebaskan dari noda-noda melalui ketidak-melekatan. Karena
alasan apakah? Karena pengembangannya. Pengembangan apakah? Empat penegakan perhatian
… jalan mulia berunsur delapan.
“Ketika, para bhikkhu, seorang
tukang kayu atau murid tukang kayu melihat cetakan jari tangannya pada gagang
kapaknya, ia tidak mengetahui: ‘Aku telah membuat aus sebanyak ini pada gagang
kapak hari ini, sebanyak ini kemarin, sebanyak ini pada hari sebelumnya’;
melainkan ketika gagang kapak itu menjadi aus, ia mengetahui bahwa gagang
kapaknya telah menjadi aus. Demikian pula, ketika seorang bhikkhu bertekad pada
pengembangan, walaupun ia tidak mengetahui: ‘Aku telah mengikis noda-noda sebanyak
ini hari ini, sebanyak ini kemarin, sebanyak ini pada hari sebelumnya,’ namun
ketika noda-nodanya terkikis, ia mengetahui bahwa noda-nodanya terkikis.
“Misalkan, para bhikkhu, ada
sebuah kapal layar yang terikat dengan tali yang telah usang di dalam air
selama enam bulan. Kapal itu akan ditarik ke darat selama musim dingin dan
talinya akan diserang lebih jauh lagi oleh angin dan matahari. Dibasahi oleh hujan,
tali itu akan menjadi lapuk dan membusuk. Demikian pula, ketika seorang
bhikkhu bertekad pada pengembangan, maka belenggu-belenggunya menjadi runtuh
dan membusuk.” [128]
Orang suci manakah, yang butuh “PENGHAPUSAN DOSA”?
Orang baik manakah, yang butuh “PENGAMPUNAN DOSA”? Orang bertanggung-jawab dan
berjiwa ksatria manakah, yang butuh “PENEBUSAN DOSA”? Hanya PENGECUT dan KORUTOR
DOSA, yang butuh dogma-dogma KORUP demikian—kesemuanya dikutip dari
Hadis Sahih Muslim:
- No.
4852 : “Dan barangsiapa yang bertemu dengan-Ku dengan membawa kesalahan sebesar isi
bumi tanpa menyekutukan-Ku dengan yang lainnya, maka Aku akan menemuinya dengan
ampunan sebesar itu pula.”
- No.
4857 : “Barang siapa membaca
Subhaanallaah wa bi hamdihi (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya) seratus
kali dalam sehari, maka dosanya akan
dihapus, meskipun sebanyak buih lautan.”
- No.
4863 : “Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam mengajarkan kepada orang yang baru masuk Islam dengan do'a;
Allaahummaghfir lii warhamnii wahdinii warzuqnii'. (Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku,
tunjukkanlah aku, dan anugerahkanlah aku rizki).”
- No.
4864 : “Apabila ada seseorang yang masuk
Islam, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengajarinya tentang shalat kemudian
disuruh untuk membaca do'a: Allaahummaghfir lii warhamnii wahdinii wa'aafini
warzuqnii'. (Ya Allah, ampunilah aku,
kasihanilah aku, tunjukkanlah aku, sehatkanlah aku dan anugerahkanlah aku
rizki).”
- No.
4865 : “Ya Rasulullah, apa yang sebaiknya
saya ucapkan ketika saya memohon kepada Allah Yang Maha Mulia dan Maha
Agung?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: 'Ketika kamu
memohon kepada Allah, maka ucapkanlah doa sebagai berikut; 'Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku,
selamatkanlah aku,”
- Aku
mendengar Abu Dzar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
“Jibril menemuiku dan memberiku kabar gembira, bahwasanya siapa saja
yang meninggal dengan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka dia masuk surga.” Maka saya bertanya,
‘Meskipun dia mencuri dan berzina? ‘ Nabi menjawab: ‘Meskipun dia mencuri dan juga berzina’.” [Shahih
Bukhari 6933]
- Dari Anas radhiallahu ‘anhu, ia berkata :
Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : Allah
ta’ala telah berfirman : “Wahai anak Adam, selagi engkau meminta dan berharap
kepada-Ku, maka Aku akan mengampuni dosamu dan Aku tidak pedulikan lagi.
Wahai anak Adam, walaupun dosamu sampai
setinggi langit, bila engkau mohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku memberi
ampun kepadamu. Wahai anak Adam, jika engkau menemui Aku dengan membawa dosa sebanyak isi bumi, tetapi engkau tiada menyekutukan
sesuatu dengan Aku, niscaya Aku datang kepadamu dengan (memberi) ampunan
sepenuh bumi pula”. (HR. Tirmidzi, Hadits hasan shahih) [Tirmidzi No.
3540]
PENDOSA
PECANDU PENGHAPUSAN DOSA, namun hendak berceramah perihal akhlak, hidup suci,
baik, mulia, lurus, adil, luhur, serta agung? Itu menyerupai ORANG BUTA yang
hendak menuntun para butawan lainnya, neraka pun dipandang sebagai surga, dan
berbondong-bondong mereka terperosok menuju lembah-jurang-nista yang begitu
dalam tanpa jalan kembali (point of no
return) akibat dosa-dosa mereka yang “menggunung” telah menjelma “too big to fall”—juga masih dikutip dari
Hadis Muslim:
- No.
4891. “Saya pernah bertanya kepada Aisyah
tentang doa yang pernah diucapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
memohon kepada Allah Azza wa Jalla. Maka Aisyah
menjawab; 'Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdoa
sebagai berikut: ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatan
yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan.’”
- No.
4892. “Aku bertanya kepada Aisyah tentang
do'a yang biasa dibaca oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka dia
menjawab; Beliau membaca: ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatan yang telah aku
lakukan dan yang belum aku lakukan.’”
- No.
4893. “dari 'Aisyah bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam di dalam do'anya membaca: ‘Ya Allah, aku
berlindung kepada-Mu dari keburukkan
sesuatu yang telah aku lakukan, dan dari keburukkan sesuatu yang belum aku
lakukan.’”
- No. 4896. “dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bahwasanya beliau pemah berdoa sebagai berikut: ‘Ya Allah, ampunilah kesalahan, kebodohan, dan
perbuatanku yang terlalu berlebihan dalam urusanku, serta ampunilah
kesalahanku yang Engkau lebih mengetahui daripadaku. Ya Allah, ampunilah aku dalam kesungguhanku, kemalasanku, dan ketidaksengajaanku serta kesengajaanku yang semua itu ada pada
diriku. Ya Allah, ampunilah aku atas
dosa yang telah berlalu, dosa yang mendatang, dosa yang aku samarkan, dosa yang
aku perbuat dengan terang-terangan dan dosa yang Engkau lebih mengetahuinya
daripada aku,”
- Aisyah
bertanya kepada Rasulullah SAW, mengapa suaminya shalat malam hingga kakinya
bengkak. Bukankah Allah SWT telah mengampuni dosa Rasulullah baik yang dulu
maupun yang akan datang? Rasulullah menjawab, “Tidak bolehkah aku menjadi
seorang hamba yang banyak bersyukur?” [HR
Bukhari Muslim]