Para pemuka agama kita tanpa malu berceramah secara vulgar ke publik bahwa,
Babi adalah “haram”,
Sementara itu ideologi KORUP
bagi KORUPTOR DOSA semacam “PENGHAPUSAN DOSA” adalah “halal”.
Sekalipun,
Aurat terbesar ialah berbuat
dosa,
Seperti menyakiti, merugikan,
ataupun melukai pihak-pihak lainnya,
Namun dipamerkan dengan speaker pengeras suara.
Sekalipun, hanya seorang
PENDOSA yang butuh “PENGHAPUSAN / PENGAMPUNAN / PENEBUSAN DOSA”.
Alih-alih sibuk
bertanggung-jawab atas perbuatan buruk sendiri,
Justru lebih sibuk memohon
dan mengharap “ABOLITION OF SINS”.
Terhadap dosa dan maksiat,
Demikian kompromistik.
Namun,
Terhadap kaum yang berbeda
keyakinan,
Begitu intoleran.
Mempromosikan “PENGAMPUNAN /
PENGHAPUSAN DOSA” lewat pengeras suara tanpa sedikit pun rasa malu,
Alih-alih mengkampanyekan
gaya hidup higienis dari dosa dan maksiat.
Dibutuhkan jiwa ksatria,
Keberanian yang hebat,
Untuk tampil
bertanggung-jawab dan bersedia dimintakan pertanggung-jawaban,
Sehingga sang korban tidak
perlu mengemis-ngemis dan memohon pertanggung-jawaban.
Seolah,
Tuhan lebih PRO terhadap
PENDOSA PECANDU PENGHAPUSAN DOSA.
Karenanya,
Adalah percuma bagi korban
untuk meminta keadilan kepada Allah.
Merugi menjadi korban,
Merugi menjadi orang baik,
Merugi menjadi ksatria yang
bertanggung-jawab,
Merugi tidak menjadi PENDOSA
PECANDU PENGHAPUSAN DOSA.
Sekalipun,
Semua orang bisa terkena
bisul.
Karenanya,
Tidak patut kita tertawakan orang-orang
yang menderita bisul.
Semua orang berpotensi
menjadi korban serta dikorbankan.
Anda pun tidak imun dari itu.
Para guru kita di sekolah
pun,
Bagaikan burung beo turut latah
dengan menyatakan bahwa,
Babi adalah “haram”,
PENGHAPUSAN DOSA adalah “halal
lifestyle”.
Para orangtua atau
kakek-nenek kita di rumah pun,
Bagaikan tidak mampu berpikir
jernih dengan akal sehat,
Turut latah dengan menyatakan
bahwa,
Babi adalah “haram”,
PENGHAPUSAN DOSA adalah “halal
lifestyle”.
Para pemerhati sosial di ruang-ruang
publik pun,
Bagaikan mengalami disfungsi
kognitif,
Turut latah dengan menyatakan
bahwa,
Babi adalah “haram”,
PENGHAPUSAN DOSA adalah “halal
lifestyle”.
Para akademisi kita di
menara-menara gading pun,
Bagaikan memiliki segudang
gelar akademik yang miskin makna,
Turut latah dengan menyatakan
bahwa,
Babi adalah “haram”,
PENGHAPUSAN DOSA adalah “halal
lifestyle”.
Para cendekia kita pun,
Bagaikan orang mabuk,
Turut latah dengan menyatakan
bahwa,
Babi adalah “haram”,
PENGHAPUSAN DOSA adalah “halal
lifestyle”.
Para senior kita yang telah
berambut putih sekalipun pun,
Bagaikan otaknya telah
menjelma karatan atau mungkin keropos,
Turut latah dengan menyatakan
bahwa,
Babi adalah “haram”,
PENGHAPUSAN DOSA adalah “halal
lifestyle”.
Para pemimpin dan petinggi
negara pun,
Bagaikan orang buta,
Turut latah dengan menyatakan
bahwa,
Babi adalah “haram”,
PENGHAPUSAN DOSA adalah “halal
lifestyle”.
Para pedagang dan pebisnis pun,
Bagaikan tidak mampu membuat
kalkulasi logika yang paling sederhana,
Turut latah dengan menyatakan
bahwa,
Babi adalah “haram”,
PENGHAPUSAN DOSA adalah “halal
lifestyle”.
Para tokoh-tokoh bangsa pun,
Bagaikan orang-orang buta
aksara,
Turut latah dengan menyatakan
bahwa,
Babi adalah “haram”,
PENGHAPUSAN DOSA adalah “halal
lifestyle”.
Para umat manusia agamais
yang kini mayoritas pun,
Bagaikan tidak memiliki otak
untuk berpikir sendiri,
Turut latah dengan menyatakan
bahwa,
Babi adalah “haram”,
PENGHAPUSAN DOSA adalah “halal
lifestyle”.
Para leluhur kita sekalipun,
Bagaikan tidak memiliki nalar
untuk menilai secara swadaya,
Turut latah dengan menyatakan
bahwa,
Babi adalah “haram”,
PENGHAPUSAN DOSA adalah “halal
lifestyle”.
Para selebritis pun,
Bagaikan otak mereka telah
digadaikan demi iman setebal tembok beton yang tidak tembus oleh cahaya ilahi,
Turut latah dengan menyatakan
bahwa,
Babi adalah “haram”,
PENGHAPUSAN DOSA adalah “halal
lifestyle”.
Para politisi kita pun,
Bagaikan gegar otak atau
mungkin demi mengejar popularitas,
Turut latah dengan menyatakan
bahwa,
Babi adalah “haram”,
PENGHAPUSAN DOSA adalah “halal
lifestyle”.
Para warga asing pun,
Bagaikan burung pemakan
bangkai,
Turut latah dengan menyatakan
bahwa,
Babi adalah “haram”,
PENGHAPUSAN DOSA adalah “halal
lifestyle”.
Para polisi kita sekalipun,
Bagaikan polisi moral yang gagal
untuk bermoral,
Turut latah dengan menyatakan
bahwa,
Babi adalah “haram”,
PENGHAPUSAN DOSA adalah “halal
lifestyle”.
Para penulis-penulis buku pun,
Bagaikan tidak tahu apa yang
mereka sendiri tuliskan,
Turut latah dengan menyatakan
bahwa,
Babi adalah “haram”,
PENGHAPUSAN DOSA adalah “halal
lifestyle”.
Pendosawan manakah,
Yang tidak akan senang atas “kabar
gembira” berupa iming-iming “PENGHAPUSAN DOSA” demikian?
Berlomba-lomba memproduksi “DOSA-DOSA
UNTUK DIHAPUSKAN”.
Mereproduksi segunung dosa-dosa,
Mengoleksi segudang dosa-dosa,
Berkubang dalam lautan dosa-dosa,
Bersimbah serta berlinang dosa-dosa.
Untuk ritual setiap harinya,
Setiap hari raya kegamaan,
Bahkan ketika meninggal
dunia,
Yang menjadi doa harapannya
ialah memohon “PENGHAPUSAN DOSA”,
Menjelma menjadi kaum
KORUPTOR DOSA sejati,
Vonis hidup dan mati sebagai
PENDOSA PECANDU PENGHAPUSAN DOSA,
Lebih hina daripada hewan
yang tidak memiliki akal budi.
Standar moral yang tidak
bermoral.
Polisi moral yang gagal
bermoral.
Untuk apa jugakah,
Menjadi orang baik,
Atau menjadi orang yang bertanggung-jawab,
Bila menjadi PENDOSA
sekalipun dimasukkan ke surga?
Kesemua fakta dan fenomena
sosial yang masif demikian,
Semestinya mulai mendorong kita
untuk mulai berpikir,
Adalah saya seorang yang
dungu,
Ataukah mereka yang betul-betul
tidak memiliki otak tersisa sama sekali,
Seolah-olah otak bukanlah
pemberian Tuhan,
Seakan-akan otak adalah untuk
diharamkan serta untuk disunat,
Agama Sunat Kepala.
Selalu ada perbedaan kontras,
Antara “akal sakit milik orang
sakit”,
Dan “akal sehat milik orang
sehat”.
Sekalipun,
Cukup akal sehat dan pikiran
jernih,
Untuk memahami fakta bahwa,
Itu bukanlah ajaran “Agama
SUCI yang bersumber dari Kitab SUCI”,
Namun ajaran “Agama DOSA yang
bersumber dari Kitab DOSA”.
Serangkaian fakta demikian,
Telah menjalani uji moral
dengan tidak terhitung banyaknya lawan debat,
Tidak ada satupun kaum agamais
berlatar-belakang agama samawi,
Yang mampu membantahnya,
Sebagai rekor yang tercipta
hingga detik ini.
Agama-agama besar ibarat
hegemoni dunia,
Umat pemeluknya mayoritas,
Namun ringkih dan kopong.
Hanya menjadi bahan tertawaan
para kaum ksatria dan bijaksanawan.
Adapun lawan kata dari “PENGHAPUSAN
DOSA” ialah,
Sikap BERTANGGUNG-JAWAB.
© Hak Cipta HERY SHIETRA.
 
