Menjadi PENJAHAT yang OTENTIK (Bukan Salah Tulis dan Anda Tidak Salah Membaca)

ARTIKEL HUKUM
PERINGATAN : Bagi Anda, Hitler cilik, yang sedari kecil bercita-cita menjadi seorang penjahat terkenal, tulisan berikut dapat membuat Anda membelot. Bagi yang tidak berminat untuk tercerahkan, hendaknya tidak melanjutkan pembacaan ini. Meneruskan membaca, resiko Anda tanggung sendiri.
Bila Anda bermaksud untuk mengejar impian Anda untuk menjadi seorang penjahat hebat kelas “kakap”, alih-alih penjahat kelas “teri”, maka tentunya disamping harus menjadi seorang penjahat yang profesional, maka Anda juga harus menjadi seorang penjahat yang “otentik”. Seorang penjahat yang “otentik”, setidaknya tidak perlu merepotkan diri untuk berakting menjadi “perompak berbulu malaikat”. Seperti apakah yang dimaksud dengan seorang penjahat yang “otentik”? Mari kita simak bersama, bagaimana cara menjadi seorang penjahat yang “otentik”.
Dalam perkara kasus pidana penipuan, pelaku penipuan didakwa dan dipidana dengan pertimbangan hukum Majelis Hakim pada pengadilan yang mana menjadikan perbuatan seperti penipuan sebagai sudah dasariahnya menjadi faktor yang memberatkan hukuman akibat perbuatan menipu itu sendiri oleh sang terdakwa. Karena itulah, perbuatan pidana penipuan lebih tinggi derajat kejahatannya ketimbang kejahatan-kejahatan lainnya seperti pencurian atau pelanggaran lainnya. Bagi yang sukar memahami paradigma berpikir tersebut, bahasan di bawah ini tampaknya sangat memudahkan pemahaman dan alasan yang mendasarinya.
Seorang penjahat yang “otentik”, ketika mendatangi kantor cabang sebuah perbankan, jika memang sang penjahat yang “otentik” ini sejak semula bermaksud untuk mengambil sejumlah dana tanpa pernah bermaksud untuk mengembalikannya, maka dirinya tidak akan mengiming-imingi janji akan mengembalikan dana pinjaman. Dirinya alih-alih berkata hendak berhutang, sang penjahat yang “otentik” tersebut akan tegas penuh percaya diri berkata lantang : “Saya hendak merampok bank ini, mohon berikan saya sejumlah uang.” Setidaknya, sang penjahat yang “otentik” lebih santun, lebih jujur, dan lebih elegan ketimbang para kreditor macet yang bersembunyi ketika ditagih, yang bahkan kemudian menggugat kreditornya sendiri dengan menggunakan dana uang hasil meminjam dari sang kreditor yang tidak dikembalikan olehnya.
Seorang penjahat yang “otentik, ketika membuka lowongan pekerjaan, namun dari sejak semula bukan bermaksud untuk membayar upah pekerjanya, namun untuk memanipulasi hingga mengeksploitasi tenaga manusia, maka inilah yang kemudian ditulis olehnya dalam iklan lowongan kerja yang diumumkan oleh perusahaannya kepada publik : “Dibuka kesempatan kerja, posisi lowongan : BUDAK yang bersedia kami PERBUDAK. Sistem kerja : KERJA RODI”; atau bisa juga seperti ini : “Lowongan PHP, bagi yang bersedia dicuri ilmunya dengan modus iming-iming tawaran pekerjaan. Dimana sewaktu proses interview, para pelamar akan kami gali ilmunya lewat tanya-jawab, maka kami pun dapat jasa konseling tanpa perlu repot-repot keluar kantor dan tanpa perlu membuang-buang uang untuk membayar jasa konsultan pajak.
Seorang penjahat yang “otentik”, ketika mencalonkan dirinya sebagai pemimpin ataupun kepala pemerintahan hingga kepala negara, dengan maksud untuk membagi-bagi kekuasaan bagi kroni-kroni serta konco-konconya, bukan dengan niat untuk mensejahterakan rakyat umum, maka ketika diminta menyampaikan visi misinya menjelang masa kampanye tiba, akan mengumandangkan pidato berikut kepada para calon pemilih dan para pendukungnya : “Partai kami adalah partai korup, banyak kadernya telah ditangkap oleh aparat penegak hukum sebagai pejabat daerah korup, legislator korup, hingga ketua partainya pun terjerat kasus korupsi serupa. Bila Anda memilih saya sebagai kepala negara, maka akan saya pastikan uang rakyat milik Anda semua akan saya korup. Pilihlah saya, saya jamin hak-hak Anda selaku rakyat akan saya sunat, setidaknya uang rakyat tidak disunat oleh partai lain, setidaknya partai saya ini lebih terbuka soal libido korup ini ketimbang partai lain yang ‘malu-malu kucing’! Diantara partai telur busuk, partai nasi basi setidaknya masih lebih layak untuk dipilih.
Bila Anda berprofesi sebagai pengacara “busuk” spesial tipu-daya, maka cantumkanlah spesialisasi Anda tersebut pada kartu nama profesi Anda dengan tulisan besar penuh kebanggaan, sebagai berikut : “Mr. X, Advokat spesialis Tipu-Menipu”. Bila Anda merupakan pengacara spesialis sogok-menyogok hakim ataupun pejabat negara lainnya, maka cantumkanlah secara jujur apa adanya spesialis yang Anda bangga-banggakan tersebut pada plang nama kantor hukum Anda, yakni dengan keterangan sebagai berikut : “Law Office ... spesialis Sogok-Menyogok hakim”. Bila sang pengacara menyembunyikan spesialisasinya dengan “malu-malu mau”, bagaimana dapat diketahui dan laku dipakai oleh publik?
Seorang pengacara yang otentik “bajingan”, saat pintu kantor hukumnya diketuk oleh para calon klien, akan membuat kalimat pembuka sebagai salam sambutan yang penuh kesan dan mengesankan karena demikian “otentik” khas “bajingan”, dengan kalimat penuh kahangatan sebagai berikut : “Selamat datang di kantor ini yang sok sibuk, dengan tumpukan buku yang bahkan belum pernah saya sentuh sejak saya beli puluhan tahun lampau (pajangan semata). Anda pasti memiliki masalah hukum sehingga memaksakan diri untuk mendatangi kantor ini. Selamat, itu artinya Anda kini telah keluar dari mulut macan dan kini Anda telah memasuki mulut buaya. Mari kita rayakan bersama.”—janganlah manis di awal lalu pahit di belakang hari, barulah setelahnya sang pengacara akan berkilah : “Saya pikir Anda sudah tahu sedari sejak awal, bahwa berurusan dengan kantor pengacara artinya masuk ke mulut buaya.”
Bila Anda seorang pengusaha “serakah” yang senang melakukan praktik kartel harga dan monopoli usaha, maka cantumkanlah keterangan berikut dalam produk yang Anda jual : “Susu Kental Manis ... , bagi ibu-ibu bodoh yang berpikir bahwa ini adalah produk susu, Anda telah kami bodohi, ini murni karamel 100% dari gula yang diberi perisa sintesik rasa susu. Hehehe. Karamel kental manis dalam kemasan judul susu kental manis.
Banyak kita jumpai produk-produk seperti madu dalam kemasan botol lengkap dengan gambar lebah madu yang lucu kekanakan, pada berbagai minimarket dekat kediaman warga. Masyarakat banyak berharap, madu sebagai produk pemanis alternatif gula yang didambakan mampu mengatasi potensi naiknya kadar gula dalam darah penyebab diabetes melitus (DM) yang kerap menjadi cikal-bakal berbagai penyakit penyukar dalam tubuh. Namun, alih-alih mendapat keselamatan, masyarakat maupun pasien yang membeli dan mengkonsumsi produk-produk madu kemasan ternyata merasa aman mengkonsumsinya, meski senyatanya kandungan madu berbanding karamel rasa sintetik madu sangat tidak sebanding, sehingga pada gilirannya tetap saja tiada bedanya dengan mengkonsumsi gula cair yang tidak baik bagi kesehatan penderita DM.
Bila Anda seorang hakim pada suatu pengadilan, janganlah membuat PHP (pemberi harapan palsu) seolah Anda perduli pada masalah orang lain dan akan memberi keadilan bagi masyarakat. Katakanlah kepada publik : “Yang punya uang untuk menyuap mulut dan perut saya, spanitera atau ketua pengadilan, kami jamin menang dalam perkara gugatan perdata ataupun tuntutan pidana. Sementara bagi masyarakat pencari keadilan yang tidak punya uang, maka disini bisa menjadi kuburan maut bagi Anda.
Bila Anda seorang polisi yang bahkan lebih patut ditangkap dan dipenjara ketimbang pencopet ataupun penjahat-penjahat lain di luar sana, maka janganlah menipu dan mengecoh masyarakat seolah-olah masyarakat dapat mencari perlindungan dari sang polisi dengan slogan jargon “Siap melayani Anda”. Tuliskanlah besar-besar kalimat berikut di depan kantor polisi tempat Anda berkantor : “Kantor ini adalah SARANG PENYAMUN, tempat bagi para bajingan berdasi untuk mencari perlindungan hukum. Korban yang tidak mampu menyuap, akan kami PHP, dijamin.
 Setidaknya, Anda tidak MPH (memberi harapan palsu) kepada publik. Penulis bukan sekadar menuduh, cobalah sesekali melaporkan perbuatan kriminal yang Anda alami selaku korban ke kantor kepolisian terdekat, dan nikmatilah bagaimana penyidik yang mem-BAP Anda memberi hadiah semburan asap bakaran tembakau ke wajah Anda, dari awal Anda datang, menunggu, hingga selesai. Sudah letih jauh-jauh datang hendak melapor, justru laporan tidak ditindak-lanjuti, bahkan dibodoh-bodohi oleh aparat kepolisian yang berperut buncit akibat terlampau banyak memakan uang kotor (sudah rahasia umum).
Seorang preman yang hendak menjadi seorang penjahat yang “otentik”, akan berkata seperti kalimat berikut dengan maksud untuk menakut-nakuti orang yang hendak dijadikan sasaran korban sang preman, “Saya adalah preman sejati, preman yang otentik. Namun saya adalah manusia biasa yang selama ini makan nasi seperti manusia lainnya, sama seperti kalian, bukan makan pasir besi ataupun amoniak, sehingga untuk apa juga takut terhadap preman yang bukan terbuat dari tulang besi otot kawat macam saya ini?”—Ternyata terjadi kekeliruan redaksional, itu adalah contoh preman yang jujur, bukan preman yang “otentik” jahatnya. Mari kita lewatkan bahasan perihal preman yang “kelewat jujur” demikian. Namun, setidaknya bila ada diantara Anda yang menemui sesosok preman yang tampak over-PD, maka katakanlah itu dalam hati Anda, bahwa “sang preman selama ini hingga kini masih makan nasi, sama seperti saya, mengapa juga saya harus takut padanya.”
Universitas pengelola Fakultas Hukum ketika dikelola oleh para penjahat yang “otentik”, maka ketika mempromosikan fakultasnya bagi para calon mahasiswa baru agar tertarik membayar mahal biaya masuk dan biaya perkuliahan setiap semester yang dijadikan sapi perahan, dengan seremonial megah dibuka dengan bunyi pukulan gong, sebagai berikut : “Universitas adalah bisnis yang paling menggiurkan karena keuntungannya besar sekalipun dibalut kemasan dibawah naungan yayasan yang nirlaba. Mari, masuk ke universitas dan fakultas hukum kami dan bayar mahal hanya untuk belajar Undang-Undang yang sejatinya bisa dipelajari sendiri oleh orang awam sekalipun dari balik layar komputer mereka di rumah. Ini kabar baik bagi calon mahasiswa-mahasiswa bodoh yang bahkan untuk membaca Undang-Undang pun masih perlu diajarkan dan disuapi.”—Ternyata lagi-lagi terjadi kekeliruan redaksional, itu adalah contoh dekan dan rektor pada universitas yang terlampau jujur alias bukan ilustrasi seorang penjahat yang “otentik”.
Seorang negarawan yang ternyata adalah seorang penjahat yang “otentik”, tidak akan secara diplomatis berkata : “Saya paling layak dipilih menduduki jabatan presiden republik ini, karena saya tidak dapat didikte oleh siapa pun.” Siapa yang akan percaya? Seorang penjahat yang “otentik” alih-alih menggunakan kata-kata diplomatis demikian, akan “to the point” saja secara bersahaja dengan mengatakan di depan public-audiens : “Saya menawarkan diri untuk didikte dan disetir oleh siapapun yang bisa membayar mahal diri saya.” Setidaknya tiada nada kemunafikan dalam kalimat demikian, dan bisa mendapat simpatik publik sebagai orang yang jujur apa adanya.
Seorang politisi yang ternyata adalah seorang penjahat yang “otentik”, alih-alih akan membuat press release : “Sebagai seorang birokrat dan politisi, meski wajah saya sangar, tapi sejatinya, hati saya HelloKitty”, akan secara terbuka saja melontarkan pengakuan, “Sekalipun wajah saya baby-face, tetapi sejatinya, hati dan taring gigi saya sebuas dan setajam taring serigala.” Mengenai hal tersebut, kami dan kita semua sudah mengetahui, sehingga tidak perlu juga sang politisi “buka-buka-an” demikian di depan publik, dan cukup tutup mulut serta kenakan kembali pakaian Anda, tidak sedap untuk dipandang.
Seorang produsen produk otomotif, ketika mencoba mempromosikan mobil produksi keluaran terbarunya pada sebuah event yang diliput berbagai media, alih-alih akan berpromosi : “Mobil ini melaju dari kecepatan 0 Km per jam mencapai akselerasi 300 km per jam hanya dalam tempo 5 detik”, sang representatif pihak produsen akan berbicara kepada para peliput : “Mobil ini memang kami rancang khusus bagi orang-orang kota bodoh yang ingin membakar-bakar uangnya demi bergensi. Orang bodoh mana yang butuh melajukan dan memacu kendaraannya hingga 300 Km per jam pada sebuah kota yang macet ini? Bahkan bila menaiki seekor keledai sekalipun di kota ini, Anda akan tiba sama lambatnya dengan mobil yang hanya omong kosong ini.” mungkin Anda juga akan keliru ketika menafsirkan logo dalam mobil pajangan pada show tersebut ialah kuda mustang, itu adalah keledai hitam yang sedang belajar “meringkik” dan “berjingkrak”.
Seorang produsen produk konsumtif berupa minuman atau makanan rasa buah-buahan, alih-alih membuat gambar buah pada kemasan produknya dan memberi label rasa Strawberry, Anggur, atau sejenisnya, akan menayangkan iklan pariwara dengan suara sebagai berikut disertai jingle lagu latar belakangnya yang jenaka, “Ting ting ting... inilah produk terbaru dari ... , jus jambu biji, untuk orang-orang bodoh yang mau jadi konsumen dan membuang-buang uangnya membeli produk jambu biji palsu kami, meski kami beri nama jus jambu biji, namun 100% tanpa jambu biji alias jus jambu aspal yang hanya kami berikan perasa sintetik buatan, hehehe... Ting ting ting... Pesan atau beli sekarang juga di toko-toko terdekat dari rumah Anda. DIJAMIN JAMBU PALSU!
Terdapat banyak sekali ragam contoh-contoh yang dapat penulis urai selama semalam-suntuk dalam publikasi ini. Namun demi menghemat waktu para pembaca, penulis berikan contoh terakhir sebagai penutup. Ketika seorang pria hendak melamar gadis idamannya, maka berkatalah sang pria di depan hadapan sang calon mertua ketika sang calon menantu bertamu ke rumah sang gadis terkasih: “Saya pria bajingan dan calon suami yang pastinya akan suka memukuli istri, nantinya. Saya pun sudah punya rencana jangka panjang, jangan khawatir, yakni saya sudah cukup punya dua orang istri saja, saya tidak menuntut lebih jauh sampai tiga orang istri. Saya suami ideal, bukankah begitu? Saya harap Tuan dan Nyonya dapat merestui hubungan kami.” Jangan biarkan calon istri Anda “beli kucing dalam karung”.
Ternyata, sebagaimana contoh-contoh di atas, antara seorang penjahat yang “otentik” dan seseorang yang “kelewat jujur” adalah “beda-beda tipis”—atau bisa dibilang penjahat yang “otentik” adalah orang-orang yang “jujur” sekaligus “to the point”? Itulah sebabnya, sedari sejak semula penulis telah mencantumkan peringatan, bahwa seorang penjahat sebaiknya tidak perlu membuang waktu membaca ulasan ini, agar dirinya tidak menjadi frustasi sementara tidak ingin beralih profesi yang selama ini sebagai seorang “penjahat profesional”.
Semoga ulasan singkat tersebut di atas, tidak membuat frustasi Anda-Anda sekalian yang berprofesi sebagai seorang penjahat yang “tidak otentik”. Setidaknya, seorang penjahat yang “otentik” akan cukup menghemat dan tidak membuang-buang waktu warga lainnya yang selama ini dijadikan sasaran empuk modus kejahatannya, karena seketika dapat menyingkir dan tidak bersedia melibatkan diri dengan mereka. Setidaknya, seorang penjahat yang “otentik” tidak akan pernah duduk sebagai pesakitan pada kursi terdakwa maupun tergugat di ruang peradilan. Sungguh kita “merindukan” seorang penjahat yang “otentik”. Dibutuhkan lebih banyak lagi penjahat-penjahat yang “otentik” di republik ini, bukankah demikian menurut Anda?
© Hak Cipta HERY SHIETRA.
Budayakan hidup JUJUR dengan menghargai Jirih Payah, Hak Cipta, Hak Moril, dan Hak Ekonomi Hery Shietra selaku Penulis.